Pages

Sunday, May 29, 2011

[Lomba Dunia Maya] Tentang Ayahku, Ibuku, dan Internet


[Berdasarkan kisah nyata seorang sahabat, seorang ibu, yang bersedia dibagi untuk diambil hikmahnya. Sengaja, cerita diambil dari sudut pandang sang anak]

            Kenalkan, namaku Radit. Umur 9 tahun, kelas 3 SD. Kata orang-orang, aku mewarisi wajah tampan dan otak cerdas ayahku. Seorang insinyur yang bekerja di perusahaan otomotif terkenal. Sedangkan pembawaanku yang kalem menurun dari ibuku. Beliau ibu rumah tangga biasa, yang setia menjadi penunggu rumah kami. Mengurus segala keperluanku dan Ayah dengan baik.

Di sekolah aku dikenal sebagai murid yang cerdas. Selalu langganan ranking 3 besar sejak kelas 1. Padahal aku merasa tak terlalu rajin belajar. Biasa-biasa saja. Aku juga suka main, terutama main bola. Tapi, tak seperti kebanyakan teman lain seusiaku yang sedang gemar-gemarnya ber-internet ria: entah itu Facebook, atau game online, atau apalah, aku justru benci internet.  

Sunday, May 22, 2011

tunggu aku.. :)

Langit masih saja menyisakan warna ketika kau datang menyapaku. Lagi-lagi. Untuk kesekian kali di hari ini.


Hmm.. sudah kukatakan bukan, tolong jangan ganggu aku dulu. Paling tidak hingga September nanti, saat semuanya usai. Atau tunggu dua-tiga minggu, saat waktuku sedikit luang. Maka setelahnya aku janji kita akan bercengkerama lagi.

Sunday, May 8, 2011

aku, tak seperti dia

          “Assalamu’alaikum Sayang,” pamit Mas Ridwan setelah sebelumnya mengecup ringan keningku.

“Wa’alaikumsalam Mas.. hati-hati di jalan,” balasku.

Aku termangu memandangi mobil suamiku yang perlahan meninggalkan halaman rumah kami. Menuju rumahnya yang lain. Rumah yang dihuninya bersama ‘dia’, perempuan itu, ‘saingan’ku sebagai sesama istri dari Mas Ridwan suamiku, yang mungkin lebih dicintainya.

Thursday, May 5, 2011

a writer-wannabe :D


Buzz!!!

Suara khas itu mengiringi munculnya sebuah window YM di laptopku. Aku seketika tertawa ketika membaca message di dalamnya.

“Mbak Ofi, tadi ceritaku kalo mo dijadiin cerita fiksi minta tolong dikaburkan ya... Saya malu..”

Hahahaha.. aduh, aku jadi seperti orang gila tertawa-tawa sendirian di dalam kamar. Lagi-lagi, ini adalah ‘permohonan’ yang ke-sekian dari orang yang berbeda. 


Sunday, April 24, 2011

spring: ternyata..


Rotterdam, April 2011. Ranting-ranting gundul yang menghitam sepanjang winter telah berubah wujud, kembali hidup dengan dedaunan yang menghijau. Tunas-tunas daffodil bermunculan, kian hari kian tumbuh, dengan warna kuning khasnya yang cantik. Orang-orang mulai menanggalkan winter coat mereka – yang seringnya berwarna gelap – dan menggantinya dengan kaos dan blus ringan yang warna-warni. Sepatu boot pun berganti dengan sepatu pantovel, atau bahkan sandal. 

Yup, spring is coming..!

if you only knew..



Ah, itu dia di sana, sudah menungguku. Syal bunga-bunga di lehernya melambai ringan tertiup angin musim semi yang sejuk, senada dengan cardigan biru muda yang dikenakannya. Kukayuh sepedaku mendekatinya, tak ingin dia terlalu lama menunggu.

Hari ini dia tampak cantik dan serasi dengan alam yang membingkainya. Berdiri dilatari rumput yang menghampar hijau, dengan bunga daffodil yang bermekaran berwarna kuning dan putih di sana-sini, sosoknya terlihat bagaikan lukisan alam yang cantik.

Helai rambutnya menghantarkan aroma khas ke hidungku ketika kutepikan sepeda dan beranjak ke sisinya.

Monday, April 18, 2011

Happy Birthday, Nadaa..

“Lho, mau dibawa ke mana tuh Daa..?”

Bunda heran melihat kamu berjalan ke luar rumah sambil menenteng tas kresek berisikan anggur dari kulkas.

“Buat temen-temenku Bun. Tadi kan aku bawa anggur sambil main, trus kubagi sama Vina sama Farah sama Yuyun juga. Ternyata mereka pada suka. Jadi ini aku ambilin lagi buat mereka.”

Ya’elah, tapi kenapa semuanya dikeluarin Ndhuk.. itu kan buat persediaan kita, batin Bunda dalam hati. Antara dongkol dan geli, sekaligus kagum terhadap kedermawananmu.

Monday, April 11, 2011

belum ada judul (3)

[Lelaki]

Sial. Akubenar-benar tidak bisa konsentrasi sepanjang sesi mengajarku tadi. Beberapa pertanyaan dari mahasiswa bahkan sempat membuatku gelagapan. Biasanya, walaupun kurang tidur akibat semalaman begadang, aku merasa fine-fine aja.  Tidak seperti seharian tadi..

Entah kenapa sejak semalam benakku dipenuhi oleh bayangan Evelyn, perempuan masalaluku. Wajahnya, senyumnya, cara bertuturnya.. segalanya tentang dia sungguh merajai pikiranku. Hhh.. harusnya aku sadar, dia sudah bukan milikku lagi. Selain itu, aku harus mengajar..! Bukannya malah membiarkan anganku mengembara ke mana-mana.

kisah catatan hati: sebuah inspirasi


(Catatan ini sempat saya ikutkan dalam Audisi Penulis Buku "Asma Nadia Inspirasiku", yang diadakan oleh Leutika, tapi enggak lolos seleksi.. :D)


Maret 2008

Aku sedang asyik mengepel teras rumah ketika tiba-tiba perut bagian bawahku terasa sakit. Deg. Jangan-jangan.. 

 Buru-buru kutinggalkan ember beserta kain pelnya, segera bergegas ke toilet. Tubuhku terasa lemas ketika kulihat bercak merah muda di sana.
 
Ya Allah, please, jangan lagi..

belum ada judul (2)

[Lelaki]

Pagi ini aku berangkat ke kampus dengan terburu-buru. Mulutku masih sibuk mengunyah potongan terakhir sandwich ketika aku keluar dari mobil dan bergegas menuju ke T building, kantor sekaligus tempatku mengajar.

Semalaman aku terlalu asyik mengerjakan komposisi musik terbaruku. Masih eksperimen sebenarnya, dan belum bisa dibilang sempurna. Sebuah ruangan di salah satu sudut apartemenku yang kusulap menjadi studio musik selalu berhasil membuatku untuk berlama-lama di dalamnya. Tak jarang kudapati diriku terbangun keesokan paginya di sana, masih dengan earphone terpasang di telingaku.

Saturday, April 9, 2011

belum ada judul


[Lelaki]

Namaku Reynold Halls. Jenuh dengan profesi sebagai arsitek, di sinilah aku sekarang. Mengajar di sebuah institut housing ternama di Belanda, setelah beberapa tahun kuhabiskan untuk mengejar Ph.D di bidang applied economics.

Beberapa kawan berkata bahwa aku kurang beruntung dalam kehidupan percintaanku. Menikah di usia yang cukup matang ternyata tidak membuatku sanggup untuk bertahan dalam perkawinanku. Tapi apa mau dikata..? Life must go on. Dan kurasa aku masih harus bersyukur karena mantan istriku masih mengijinkanku untuk sekali-sekali menghabiskan waktu bersama Phoebe dan Laura, dua gadis kecilku.

Sunday, April 3, 2011

dia, ternyata..


Minggu yang melelahkan. Group work yang berjalan alot, presentasi hampir tiap hari, plus report yang harus disubmit sesegera mungkin benar-benar menguras energi dan pikiranku. Untunglah hari ini semuanya sudah berakhir. Minimal, untuk sementara.

Aku sudah siap untuk membuka kunci sepedaku dan pulang ke apartemen ketika dia datang. Lelaki itu.

“Kamu jadi mau pergi? Sama dia?” tanyanya dengan gaya khasnya: sok cool. Huh, benar-benar gaya yang sering membuatku sebal sekaligus gemas.

Monday, February 21, 2011

Jadi Pembantu di Rosa-Rosa

“Praaang..!!”
Astaghfirullahal’adzim, bisikku. Sesaat jantungku serasa berhenti berdetak. Dengan putus asa aku menatap pecahan kaca bening di hadapanku. Vas bunga dari kaca setinggi nyaris 1 meter itu kini hancur berkeping-keping. Lantai pun basah oleh air sabun yang seketika tumpah.

Saturday, February 19, 2011

Menjadi Ibu, Membukakan Mataku


“Bundaku..!” terdengar suara melengking khas anak-anak.
“Bundaku, wek..!!” sahut anak lainnya, terdengar lebih tinggi.
“Bukan! Bundaku..!!
“Bundaku..!!”
“Bundaaa...!!”

Suara ramai kedua bocah itu semakin tinggi. Aku tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka.

Monday, February 14, 2011

when we had a talk

Ah, dia di sana. Terlihat sibuk mengambil syal dan winter coatnya yang tergantung. Sesaat dia nampak sibuk mangaduk-aduk tas ranselnya. Mencari sesuatu. Benar saja. Sarung tangan biru tua kini telah membungkus jemarinya.

Wednesday, February 9, 2011

peti rahasia

Lelaki dan puisi:

Tlah kusimpan sebuah peti
Di salah satu sudut hati
Rapi. Tersembunyi.

heart's note

[lelaki]

Sekali lagi. Pagi ini kulihat ada luka di matanya. Mata yang binar dan kerjapnya tak bosan kunikmati kala kami bertukar cerita di sela obrolan makan siang, di lift, atau di perjalanan dari dan menuju parkiran motor.

Monday, January 31, 2011

Girls' Day Out: Paris!

Jumat, 29 Januari 2011. Malam itu aku hampir saja berniat untuk membatalkan perjalananku bareng teman-teman karena badan rasanya capek sekali setelah wira-wiri nyicil mengangkut barang untuk pindah ‘kos’ sesiangan tadi.

Tapi bayangan Paris dengan menara Eiffelnya, plus uang 32 euro yang sudah dibayar ke agen perjalanan Milotreizen, membuatku kembali mengukuhkan niat semula untuk having fun bersama mereka. Lagipula.. Paris gitu lho. Siapa yang mampu menolaknya..? :). Apalagi hanya dengan 32 euro untuk transport pulang pergi. Lumayan murah, menurutku.

Sunday, January 30, 2011

Bersepeda Saja

 
 “Gedubrak..!!”

Senyum sumringah di bibirku seketika menjelma senyum kecut seiring benturan keras sepedaku beradu dengan tanah berlapiskan rerumputan. Sedetik kemudian sekerumunan orang mengerubungiku.

“Are you okay..?” ups, ternyata dosenku salah satu di antaranya.

“I am fine Prof.. thank you”, ucapku gugup seraya membersihkan noda tanah di celanaku.

Dalam hati aku tertawa. Beginilah kalau belum terbiasa bersepeda. Baru meleng sedikit gara-gara ber”dadah-dadah ria” dengan beberapa teman yang melintas, median pembatas jalan pun tertabrak. Untungnya tidak ada luka serius, baik di badanku sendiri maupun bodi sepedaku.

Negeri kincir angin ini memang surga bagai pesepeda. Betapa tidak.. jalanan yang rata, jalur khusus untuk para bikers, plus pengendara mobil yang respek dan mendahulukan pesepeda, benar-benar mendatangkan rasa aman dan nyaman untuk bersepeda.

Apalagi di musim gugur seperti ini, cuaca yang adem plus pemandangan pepohonan dengan dedaunan yang mulai menguning, benar-benar berhasil membuatku addicted to bike. Tak heran penduduk Belanda suka bersepeda, selain didukung infrastruktur yang tertata sedemikian rapi, iklim dan cuaca di sini memungkinkan mereka untuk tetap tampil rapi dan wangi sembari dan selepas menggowes sepeda.

Nah, dilatarbelakangi alasan-alasan tadi, aku benar-benar menikmati aktivitas bersepeda di sini. Belum lagi ditambah manfaat bersepeda untuk kesehatan fisik, mental dan emosional. Di antaranya bersepeda bisa menurunkan 50% resiko penyakit jantung koroner, diabetes dan obesitas; menurunkan 30% resiko hipertensi, serta beberapa resiko osteoporosis, gejala depresi dan kecemasan [1]. Luar biasa, bukan..?

Bukan cuma itu, bersepeda ternyata banyak membawa dampak positif bagi lingkungan. Apa saja ya kira-kira..? Mari kita lihat, yang sederhana-sederhana saja..

- Meningkatkan kualitas udara
Kita tahu bahwa emisi kendaraan bermotor menyumbangkan porsi yang cukup besar bagi polusi udara. Nah, dengan bersepeda kita bisa ikut andil dalam membersihkan udara. Berdasarkan penelitian, emisi bisa dikurangi hingga 2 – 4% hanya dengan hanya mengalihkan 1% perjalanan dengan mobil (kendaraan bermotor) ke perjalanan bersepeda [2]. Artinya, makin banyak yang beralih ke bersepeda, makin berkurang pula kandungan emisi di udara yang kita hirup sehari-hari.

- Kota menjadi lebih tenang
Kota-kota di Indonesia sudah terlalu hiruk pikuk dengan motor, mobil, dan teman-temannya. Rumah orang tuaku di Semarang misalnya, berdekatan dengan lokasi kampus, dan gang kecil di depan rumah selalu bising oleh suara motor yang berseliweran sepanjang hari bahkan hingga pukul 10an malam. Tidur rasanya menjadi terganggu, apalagi untuk anak-anak yang waktu tidur amatlah berharga bagi mereka.
Berdasarkan penelitian, ‘noise’ atau ‘hirukpikuk’ merupakan salah satu pemicu stress, dan menurunkan kemampuan untuk berpikir dengan baik. Salah satu cara untuk ‘menenangkan’ kota adalah dengan bersepeda. Suara gesekan pedal dan dering bel sepeda sepertinya lebih nyaman di telinga daripada suara-suara knalpot motor dan klakson yang berisik bukan..?

- Wajah kota jadi lebih cantik
Sebuah studi menunjukkan bahwa ketika lahan parkir telah mengurangi 9% dari area yang tersedia, maka kondisi tersebut akan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi penghuni kota [3]. Nah, berhubung bodi sepeda lebih ramping daripada bodi motor apalagi mobil, tentulah sepeda hanya akan memerlukan luasan parkir yang lebih sedikit dibandingkan motor atau mobil, dan itu berarti makin banyak open space yang tersedia. Kita sebagai warga kota juga kan, yang merasa nyaman..?

Selain environmental-friendly dan bermanfaat buat kesehatan, ternyata bersepeda itu financial-friendly alias bermanfaat buat kesehatan dompet kita juga ..

Dari segi harga, sepeda pasti lebih murah daripada harga motor, apalagi mobil. Tentu saja untuk standar yang selevel . Misalnya jangan dibandingkan harga mountain bike yang jutaan rupiah dengan harga motor bebek second, karena jelas lebih mahal harga sepedanya.

Itu pertama, harga barang yang lebih murah.Yang lainnya adalah dengan bersepeda kita tidak perlu keluar budget untuk beli bensin, perawatan rutin ke bengkel seperti ganti oli misalnya, dan bebas biaya parkir. Hitung-hitungan buat aku sendiri, budget tersebut sekitar 75 ribu – 100 ribu per bulan. Lumayan kan, kalau bisa dialihkan untuk kebutuhan yang lain.

Di samping itu, untuk bersepeda kita tidak memerlukan driving license alias SIM. Beda dengan motor atau mobil, untuk mengendarainya secara ‘legal’ kita harus mengantongi SIM. Mengurus SIM tentunya butuh biaya (selain waktu dan tenaga) juga bukan..? Apalagi kalau bikinnya ‘nembak’..

Lalu.. kira-kira bagaimana ya, caranya supaya bersepeda juga menjadi tradisi di negara kita..? Sejauh ini sih sudah lumayan, demam bike to work dan bike to campus agaknya telah menjangkiti sebagian warga masyarakat. Beberapa ruas jalan pun sudah ditandai dengan marka khusus untuk pengendara sepeda. Tapi adakalanya kita terlalu lama menunggu pemerintah untuk ‘bergerak’. Membenahi infrastruktur untuk keamanan dan kenyamanan bersepeda mungkin saja memerlukan waktu yang bukan sekejap. Bagaimana kalau kita dulu yang mulai?

Aku teringat kuliah salah satu dosenku yang asal Italia. Hari itu Mr. Giuliano Mingardo agak terlambat tiba di kelas karena harus wira-wiri mengantar anaknya dan beberapa urusan penting lainnya, yang dilakukannya dengan bersepeda. Sambil dengan cueknya melepas sweater di depan kelas – gara-gara lumayan berkeringat setelah ngebut bersepeda —beliau pun memulai kuliah. Topiknya adalah mobility management, kebetulan ada kaitannya dengan bersepeda dan lingkungan hidup.

Dalam kuliahnya, lelaki Italia yang ganteng tersebut menyampaikan bahwa salah satu cara untuk mempopulerkan bike-to-work adalah dengan menyediakan fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan oleh para bikers ini di kantor-kantor.

Beliau menuturkan, dalam skala internasional, beberapa perusahaan ternama di dunia seperti GlaxoSmithKline, BBC dan Oracle di London meberikan dukungan dan dorongan kepada para karyawannya untuk bersepeda. Antara lain dengan menyediakan tempat parkir sepeda yang nyaman dan aman, serta pemeriksaan dan reparasi sepeda gratis secara periodik. Selain itu juga dengan penyediaan locker serta kamar mandi/shower di kantor dalam jumlah yang memadai. Kesemuanya tadi tentulah menambah semangat para karyawan untuk bersepeda ke kantor.

Menurutku, perusahaan-perusahaan di Indonesia bisa meniru ide ini. Misalnya dengan promo pembagian handuk berlogo perusahaan, atau sabun dan shampoo gratis sebagai permulaan. Sehingga para karyawan yang bersepeda tak perlu lagi khawatir badan bau keringat karena toh di kantor bisa mandi dan berganti pakaian dengan leluasa. Alhasil badan pun lebih bugar dan yang penting tetap bisa tampil pede dan wangi di kubikel masing-masing.

Masih menurut Mr. Giuliano, kampanye yang lebih efektif dan atraktif untuk mempopulerkan bersepeda di kalangan masyarakat adalah men’samar’kan manfaat bersepeda terhadap lingkungan, dengan lebih menonjolkan manfaat terhadap individu si pelaku bersepeda. Oleh dosenku yang lain, cara ini disebut sebagai chameleon strategy.

Maksudnya, masyarakat akan lebih terpengaruh jika kampanye bersepeda itu ‘dibungkus’ dengan manfaat non-lingkungan. Sebagai contoh, jargon bahwa bersepeda bisa membantu mewujudkan lingkungan yang sehat, bagi masyarakat mungkin terdengar klise dan kurang menarik. Lain halnya kalau kita mengajak bersepeda untuk menyehatkan badan, mengirit pengeluaran, dan menjadikan seseorang lebih ‘trendy’.

Dengan ‘iming-iming’ tersebut, masyarakat akan lebih semangat dan tergerak untuk menjadikan bersepeda sebagai bagian dari gaya hidupnya. Ujung-ujungnya, makin banyak orang yang bersepeda, dan pada akhirnya efek positif serta manfaat bersepeda terhadap lingkungan pun secara otomatis akan mengikuti.

Jadi, yuk kita bersepeda.. dan bersiap merasakan manfaatnya.

(Rotterdam, November 15, 2010)

1. Parker, AA. (2001). Making walking and cycling safer: Lessons for Australia from the Netherlands experience. 24th Australasian Transport Research Forum.
2. Litman, T. (2002). The costs of automobile dependency and the benefits of balanced transportation, Victoria, BC: Victoria Policy Transport Institute.
3. Alexander, C., Ishikawa, S., & Silverstein, M. (1977). A pattern language: Towns, buildings, construction, New York: Oxford University Press.