Pages

Sunday, April 3, 2011

dia, ternyata..


Minggu yang melelahkan. Group work yang berjalan alot, presentasi hampir tiap hari, plus report yang harus disubmit sesegera mungkin benar-benar menguras energi dan pikiranku. Untunglah hari ini semuanya sudah berakhir. Minimal, untuk sementara.

Aku sudah siap untuk membuka kunci sepedaku dan pulang ke apartemen ketika dia datang. Lelaki itu.

“Kamu jadi mau pergi? Sama dia?” tanyanya dengan gaya khasnya: sok cool. Huh, benar-benar gaya yang sering membuatku sebal sekaligus gemas.

“Ya? Ada yang salah?” ucapku sengit. Kenapa orang-orang, termasuk dia mempermasalahkan soal rencana liburanku bersama Ben, sahabatku. 

 “Dengar,” ucapnya pelan sambil mendekat ke arahku. Diraihnya tanganku yang sedang menggenggam kunci sepeda. Perlahan diambilnya kunci itu, ditaruhnya begitu saja di atas boncengan sepeda, lalu disentuhnya telapak tanganku. Sial, kenapa aku diam saja ketika tangannya kini menggenggam tanganku. Berani-beraninya..

Matanya menatapku penuh arti ketika dia berkata, “Aku cuma pesan, take care..” 

“And, you know what..?” lanjutnya. 

Kurasakan jemarinya meremas lembut telapak tanganku ketika dia berkata lagi. Kali ini sambil berbisik.

“Aku cemburu, tau. Mungkin lebih cemburu dibandingkan suamimu..”

No comments:

Post a Comment