Pages

Wednesday, January 8, 2014

Cerpen Bobo: Potluck di Rumah Luki




Merupakan cerpen keempat yang dimuat di Majalah Bobo. Naskah dikirim ke redaksi tanggal 4 Maret 2013, dan baru dimuat tanggal 26 Desember 2013 (Majalah Bobo XLI No. 38).

***


 POTLUCK DI RUMAH LUKI

Heboh! Luki melongo melihat dapur pagi ini. Dia baru saja turun dari kamarnya di lantai dua, dan mau sarapan.


“Goeden morgen, anak ganteng!” Mama melempar senyum sambil mengelap butiran keringat di dahinya. Celemeknya yang bergambar kincir angin tampak agak belepotan noda.


“Mama tumben pagi-pagi masaknya serius gini..?” Luki bertanya keheranan.


Dia melongokkan kepala ke arah panci besar di atas kompor. Hmm.. kuah kecoklatan agak kental nan harum. Tak salah lagi.. Coto Makassar! Lekker..


Tapi aneh. Biasanya di pagi hari menu yang tersedia adalah roti tawar dengan selai stroberi atau keju kesukaan Luki. Plus sekotak susu Chocomell di atas meja makan. Kalaupun agak beda, paling nasi goreng atau mie goreng plus omelet. Tapi...  Coto Makassar..??


“Eit, jangan dulu.. Itu belum matang!” seru Mama.


Luki mengurungkan niat menyendok kuah coto. Tapi tetap saja tangannya mencomot satu potongan daging sapi yang sudah Mama sisihkan di mangkok.


“Memangnya mau ada acara, ya Ma?”


“Iya, nanti siang ada potluck di rumah kita.”


Hmm, potluck? Apa itu..? Luki tak punya cukup banyak waktu untuk bertanya pada Mama. Bunyi “tit-tit” dari jam tangannya mengingatkan Luki untuk segera berangkat. Dia tak mau ketinggalan trem dan terlambat tiba di lapangan sepakbola. Semenjak tinggal di Belanda, mau tak mau Luki belajar untuk lebih tepat waktu, mengikuti budaya warga Belanda yang terkenal disiplin.


Siangnya saat Luki kembali dari berlatih bola, rumahnya telah ramai. Banyak teman Mama dan Papa yang datang, bersama anak-anak mereka.


Ada kakak beradik Rafael dan Caitlin, si kembar Harry dan Danny, si jangkung Ryan dan si pirang Wesley. Teman-temannya itu berwajah seperti bule. Ya, karena mama-mama mereka orang Indonesia yang menikah dengan orang Belanda.


Ada pula Bagas, Sekar, Bastian, Laras dan Ferdi , teman-temannya yang Indonesia asli. Sama seperti Luki, mereka ikut orang tua yang sedang menuntut ilmu di negeri Belanda.


Wah, ramai sekali rumah Luki siang itu. Seru! Anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak.


Dan wow.. mata Luki terbelalak melihat bermacam-macam makanan yang terhidang di atas meja makan. Ada Coto Makassar yang tadi pagi sudah sempat dicicipinya sedikit. Lalu ada  ayam rica-rica. Rendang. Teri balado. Tahu dan tempe bacem. Bakwan jagung. Serasa sedang pesta di Indonesia!


Apakah Mama yang memasak semua itu..? pikir Luki setengah takjub.


Ting tong!


“Luki, tolong bukakan pintu!” seru Mama yang sedang sibuk menata piring dan gelas bersama Tante Mirda.


Ternyata yang datang adalah Tante Dewi. Beliau tampak kerepotan. Satu tangannya menggendong si kecil Bobi yang tertidur, sementara tangan lainnya memegang sebuah termos besar.


“Biar saya bantu bawakan, Tante,” tawar Luki sopan.


“Oh, terimakasih Luki. Tolong langsung dibawa ke ruang makan saja ya.”


Tante Dewi mengangsurkan termos itu kepada Luki. Ups, berat juga ternyata. Luki sampai harus mengangkatnya dengan kedua tangan.


Di ruang makan, Mama menyongsongnya.


“Wah, ini dia kolaknya sudah datang. Kolak Tante Dewi paling lezat seantero Belanda,” kata Mama riang.


Oh, jadi termos tadi isinya kolak bikinan Tante Dewi, pikir Luki. Berarti, makanan yang lain... Ah ya! Aku tahu sekarang, Luki menggumam dalam hati.


“Pepes ikan datang...” suara berat Oom Jo membuyarkan pikiran Luki. Kedua tangannya menyangga pinggan berisi pepes-pepes yang terbungkus daun pisang. Aroma gurihnya menguar ke seluruh ruangan.


“Nah, berhubung semua sudah hadir, dan hari sudah semakin siang, mari kita mulai saja acaranya,” kata Papa.


“Tentu saja. Kita semua sudah kelaparan,” timpal Oom Jo sambil tertawa. Beliau berdiri dan mengambil posisi antri paling depan di dekat meja makan.


“Tolong panggil dulu teman-temanmu yang masih main di halaman belakang, Luki,” kata Mama.


“Oke Ma,” jawab Luki sambil beringsut mendekati Mama.


“Jadi bukan Mama yang memasak semua ini kan?” bisiknya di telinga Mama.


“Tentu saja bukan. Mama hanya memasak cotonya saja,” jawab Mama sambil tertawa kecil.


Luki manggut-manggut. Mencoba menghubungkan semuanya. Coto Makassar masakan Mama. Kolak dari Tante Dewi. Pepes ikan bawaan Oom Jo. Ayam rica-rica, rendang, teri balado, tahu dan tempe bacem, serta bakwan jagung juga pasti buah tangan tamu yang lain.


Hmm... kini Luki mengerti apa itu potluck.


Nah, bagaimana dengan kalian? Apakah kalian juga sudah tahu potluck itu apa?


(Tamat)

23 comments:

  1. kereennn!!! selamat ya mbak, masuk bobo itu sesuatuuhhh bangeetts lho ;)
    boleh dong bagi2 ilmu dan infonya ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalo ilmu, sebenernya saya masih belajar kok mbak.. cuma suka aja baca2 cerita anak, dan diem2 mendem hasrat pengen suatu saat dimuat di bobo..hehe.
      nah kalo info, mungkin saya lebih bisa jawab. alamat email untuk pengiriman naskah cerpen bobo: naskahbobo@gramedia-majalah.com. panjang tulisan sekitar 600-700 kata (pengalaman saya sih..)
      selamat mencoba ya mbak.. :)

      Delete
  2. waaahhhh kereeeeen bangeeettt... huuuaaahhh ku jadi pengen buat cerita ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. hihi, kayaknya gak keren2 amat kok... ayoo, bikin aja cerpennya.. just write :)

      Delete
  3. kerreeennn....aku suka gk PD nulis cerita anak...ini sampe bisa nembus Bobo....keren kereeen...:)

    ReplyDelete
    Replies
    1. mak winda jauuuh lebih kereen.. udah punya buku solo segala.. apalagi blognya tuh.. keren abisss.. ^_^

      Delete
  4. Mantap, calon penulis handal nih :)
    Bagi-bagi ilmu'a donk mba, buat aku yg baru belajar nulis alias newbie :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. aamiin.. makasih ya, didoain jadi penulis handal :)
      ilmunya apa ya..? suka baca.. dan rajin nulis. itu aja kayaknya yang paling pokok. karena saya sendiri juga masih belajar2 nih.. :)

      Delete
  5. mantap mbak udah cukup banyak tulisannya dimuat di majalah bobo. oh ya ponakan aku suka nulis cerpen ya cerita anak. ponakan kelas 5 SD gitu. bisa gak ya cerpennya dimuat di bobo juga :D.

    ReplyDelete
    Replies
    1. masih dikit mbak.. pengen lebih banyak lagi, hehe.
      keren nih ponakannya..masih kecil tapi dah suka nulis. bisa aja mbak, cerpennya ponakan dikirim ke bobo.. kalo menurut redakturnya bagus dan cocok, pasti dimuat :)

      Delete
  6. aku sdh baca mbak... keren ceritanya nambah wawasan. Hmm... doakan cerpenku nongol lg di bobo ya mbak, baru pecah telor 1 hehe :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. alhamdulillah kalo suka, mbak vanda :) amin, amiin... aku doain cerpen mbak vanda sering2 nongol di bobo lagi..biar telornya pecah banyaaak.. hihi

      Delete
  7. mampir di blog-nya calon penulis hebat memang banyak manfaatnya. super banget. mantep. lanjutkan...

    ReplyDelete
  8. Bobo bok! ini majalah anak-anak favorit saya sejak dulu, dan tahunya cuma itu (sampai kini). Jadi pengen nyoba ikut kirim ke Bobo juga nih Mak. syarat-syaratnya apa aja ya Mak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. halo mak.. kalo saya sih biasanya panjang tulisan sekitar 600-700 kata, huruf times new roman 12pt, spasi 1.5, trus dikirim ke naskahbobo@gramedia-majalah.com.
      good luck ya mak.. ^_^

      Delete
  9. wah hebat, tulisannya. Selamat, betul-betul tulisan dari keluarga Blogger ya..., salam kenall.

    ReplyDelete
  10. Woow kereeen ajarin aku nulis cerita anak donk Mak Ofi :)

    ReplyDelete
  11. kereeeeeeeen.....*terdiam takjub

    ReplyDelete
  12. Keren, Mbak. Cerpennya bisa dimuat di majalah Bobo.
    Mbak, emailnya majalah Bobo yang aktif yang mana, ya?
    Saya pengen nyoba kirim cerpen :)
    Terima kasih :)

    ReplyDelete