berawal dari suka membaca (gambar diambil dari sini) |
Bicara tentang mimpi masa
kecil, ingatan saya langsung melayang kepada sesosok bocah yang asyik duduk bersila
di lantai, dengan majalah Bobo di pangkuannya. Di sebelahnya masih bertumpuk
beberapa majalah Bobo lainnya.
Bocah itu adalah saya. Sukaaa sekali membaca majalah Bobo lawas koleksi bulik (tante), yang tersimpan sebanyak satu lemari! Wah, bagi saya lemari itu beserta isinya laksana harta karun tak ternilai.
Bocah itu adalah saya. Sukaaa sekali membaca majalah Bobo lawas koleksi bulik (tante), yang tersimpan sebanyak satu lemari! Wah, bagi saya lemari itu beserta isinya laksana harta karun tak ternilai.
Sebetulnya saya juga
langganan Bobo. Tapi tiap kali majalahnya datang, akan langsung habis dibaca, dan
saya langsung kekurangan bacaan lagi. Jadilah pojokan samping lemari majalah di
rumah bulik menjadi pelarian favorit saya.
Nah, saat-saat itu, saya
membayangkan alangkah enaknya jika menjadi Nirmala, peri dari Negeri Dongeng ,
salah satu cergam di majalah Bobo. Memiliki tongkat ajaib yang bisa menyulap apapun
yang dibutuhkan, atau diinginkan, hahaha. Khayalan saya waktu itu, adalah
menyulap bertumpuk-tumpuk majalah Bobo yang tak akan habis dibaca sampai
kapanpun! Hehe, alangkah naifnya.
Sempat mimpi menjadi Nirmala, eh maksudnya memiliki tongkat Nirmala :D (gambar diambil dari sini) |
Tentu saja impian itu tak
kunjung menjadi kenyataan. Lama-lama koleksi Bobo di lemari bulik pun habis
saya baca. Setelahnya saya hanya bisa membaca majalah Bobo terbaru yang diantar
loper majalah seminggu sekali.
Lalu impian saya berubah.
Saat kelas 4 SD, saya bermimpi tulisan saya muncul di Bobo. Saya pun mulai
rajin menulis puisi (menulis cerpen masih terlalu ‘berat’ bagi saya waktu itu).
Tapi entahlah, puisi-puisi itu urung saya kirim ke redaksi. Kelas 6 SD saya menulis
sebuah cerpen (anak). Tapi lagi-lagi, cerpen itu hanya sekedar menjadi penghuni
buku tulis saya.
Masa-masa SMP dan SMA
sepertinya impian menjadi penulis terlupakan. Walaupun hobi baca majalah terus jalan
(sejak SD saya terbiasa juga membaca majalah Femina dan Kartini milik ibu, juga
majalah Gadis, Anita Cemerlang dan Hai milik tetangga dan saudara). Saya baru
mulai menulis cerpen lagi ketika kuliah. Sempat saya ketik rapi – dengan mesin
tik manual – daaaaan teteup, saya tidak pede untuk mengirimkannya ke media (padahal
seharusnya tinggal kirim saja ya).
Saya serius kuliah. Teknik
Sipil. Berharap untuk menjadi pekerja kantoran setelah lulus nanti. Asal bukan
sebagai pegawai negeri. Entahlah, saya tak suka dengan image pegawai negeri yang kurang ‘asik’ menurut saya, hehehe
*alasan yang tak jelas sangat*
Dan memang, setelah lulus
saya bekerja di perusahaan swasta. Impian menjadi penulis terpendam begitu
saja. Tapi diam-diam, saya menyimpan mimpi lain: sekolah gratis di luar negeri.
Menikah dan memiliki anak,
membuat saya agak kerepotan dengan pekerjaan kantor yang menyita waktu. Kadang pulang
malam, tak jarang hari libur pun tetap ngantor. Ketika suatu saat diadakan seleksi
CPNS (calon pegawai Negeri Sipil), saya pun iseng mengikutinya, dengan harapan jam kerja
sebagai PNS akan lebih pasti dibandingkan di swasta, dan saya akan memiliki
waktu lebih untuk keluarga. Ternyata saya lolos seleksi itu. Lalu resmilah saya
sebagai PNS, ‘termakan’ omongan sendiri di masa lalu, ahahaha.
Menjadi PNS ternyata
membuka peluang saya untuk mewujudkan mimpi diam-diam saya tadi, yaitu sekolah
di luar negeri. Saya mengincar beasiswa ADS (Australia). Dua kali apply tapi dua-duanya gagal, hehe. Rupanya
jodoh saya justru di beasiswa STUNED alias NESO (Belanda). Alhamdulillah,
justru lewat ‘jalur’ PNS yang sama sekali bukan cita-cita saya, impian untuk
kuliah gratis di luar negeri akhirnya dapat terwujud.
Mimpi belakangan yang terwujud duluan: kuliah di LN |
Impian lama menjadi
penulis baru muncul kembali sekitar dua – tiga tahun belakangan ini. Maraknya
FB dan social-media memperluas peluang untuk belajar menulis dan ‘mencuri ilmu’
dari penulis di luar sana. Teknologi dan internet menyederhanakan proses
pengiriman tulisan ke media.
Saya mulai menulis lagi.
Kali ini tak lagi tersimpan sia-sia, karena saya mengirimkannya ke media.
Alhamdulillah, beberapa tulisan berhasil 'tembus' dan dimuat. Daaaan.. tiga di antaranya ada di majalah Bobo!
Horeee.. impian masa kecil saya terwujud juga! Hahaha, senangnyaaa..
beberapa tulisan di media: mimpi lama yang mulai nyata |
Sayang belakangan ini
saya mulai jarang menulis lagi. Rupanya pekerjaan PNS bisa juga menyita waktu,
hehe *alasan*. Padahal masih belum banyak tulisan saya. Blog saja tak terurus, sekian
lama tak di-update.
Doakan, semoga saya bisa
bangkit menulis lagi, dan konsisten menulis. Inginnya sih bisa menjadi penulis
profesional. Bisa nggak ya? ^_^
*Diikutsertakan dalam GiveawayTuppy, Buku dan Bipang di www.argalitha.blogspot.com
InsyaAllah bisa, asal rajin nulis :p Hihi, smaa dong suka Bobo. Saya juga (sampe sekarang) tapi gak pernah kirim tulisan di sana soalnya nunggu setahun baru diterbitin :p
ReplyDeleteterima kasih, sudah terdaftar ^^