Pages

Thursday, March 29, 2018

Cerpen Remaja di Gogirl! Magz: Ada Apa dengan Mama?

Horee.. setelah sekian lama, akhirnya ada lagi tulisan yang dimuat di majalah. Kali ini 'Ada Apa dengan Mama?', tayang di Gogirl! Weekend WebStory edisi 25 Maret 2018 (http://www.gogirl-weekend-web-story-ada-apa-dengan-mama)

Kirim tanggal 5 Desember 2017, dapet konfirmasi untuk tayang dari redaksi tanggal 14 Maret 2018. Jadi masa tunggunya sekitar 3 bulan-an.   

Happy reading!




ADA APA DENGAN MAMA?



Mama jadi aneh. Selera musiknya mendadak berubah. Musik-musik jadulnya sebangsa lagu-lagu Peter Cetera, Lionel Richie, kini berganti haluan.

Tuh, dengar saja suara dari kamar Mama.

Hello, hello, hello, how low.. Hello, hello, hello..!

Ha? Nggak salah tuh? Itu kan lirik lagu Smells Like Teen Spirit-nya Nirvana. Sejak kapan Mama suka rock alternatif? Nirvana pula. Jarang-jarang kan ibu-ibu yang sudah punya anak SMA suka Nirvana. Bukannya selera Mama tuh lagu-lagu pop yang mendayu-dayu? Yang jelas bukan aliran grunge macam Nirvana.

Bukannya dulu Mama juga suka sebel jika Oom Adit, adik Mama, nyetel musiknya keras-keras?

Kalau Oom Adit memang metal abis. Ketika masih kuliah dia sempat tinggal bersama kami. Dari Oom Adit pula aku mengenal Nirvana, Pearl Jam, dan band-band rock alternatif tahun 90-an lainnya. Memang tidak umum untuk gadis remaja seusiaku di jaman sekarang.

“Oom Adit, Mama sekarang aneh,” ketikku di BBM. “Masa’ Mama jadi suka Nirvana.”

D, lalu R. Setelah itu datang balasan dari Oom Adit. Emoticon ngakak! Aduh, kok malah tertawa sih.

“Mamamu lagi jatuh cinta kali...”

Ha? Oom Adit ngaco. Sembarangan aja dia jawabnya. Masa’ jatuh cinta selera musiknya malah jadi keras begitu. Lagian, Mama kan bukan anak remaja lagi yang baru mengenal cinta. Walaupun...

“Mungkin memang sudah saatnya Mbak Ratih jatuh cinta lagi,’ sambung Oom Adit di BBM.

Ya ya. Papa memang sudah lama tiada dan Mama seorang diri membesarkanku. Tapi, aku tak siap jika Mama beneran sedang jatuh cinta seperti kata Oom Adit barusan. Apalagi, selera musik Mama jadi aneh begini.

Aduh, Mamaaaa!
*****

Aku mengaduk-aduk jus alpukat di hadapanku dengan gelisah. Sudah sepuluh menit duduk di pojokan food court, tapi Oom Adit belum nongol juga.

Mataku tertumbuk pada seorang lelaki yang duduk tak jauh dari mejaku.  Perawakannya tegap, dengan kulit gelap dan rambut agak gondrong hampir menyentuh bahu. Umurnya kira-kira sebaya dengan Oom Adit. Penampilannya cuek. Dia memakai t-shirt hitam bergambar lukisan wajah Kurt Cobain. Vokalis Nirvana.

Gara-gara melihat gambar Kurt di kaos lelaki itu aku langsung kepikiran Mama. Untuk itulah aku di sini. Janjian dengan Oom Adit untuk mengobrol tentang perubahan Mama. Jangan-jangan lelaki itu yang bikin Mama jadi aneh selera musiknya.

Aduh, jangan deh. Jangan sampai Mama jatuh cinta dengan dia, atau dengan laki-laki seperti itu. Ah, pikiranku semakin ngawur. Aku kan baru melihat laki-laki itu. Lagian, belum tentu Mama sedang jatuh cinta. Apalagi sama anak muda.

“Hei, ngelamun aja!”

Ups, aku tak menyadari kedatangan Oom Adit. Tiba-tiba saja dia sudah berdiri di sampingku.

“Bikin kaget aja deh.  Lama banget baru nongol sih Oom,” aku protes.

Oom Adit tertawa sambil menggeser kursi untuk duduk. Lama juga kami tidak ngobrol berdua. Dulu, ketika masih tinggal di rumah Mama, Oom Adit tempatku curhat, bertanya soal pelajaran sekolah, dan diskusi soal apa saja, termasuk musik.

Tak heran selera musikku agak-agak terpengaruh selera Oom Adit. Lumayan beda dibandingkan teman-teman di sekolah yang suka K-Pop. Aku ikut-ikutan suka Nirvana dan Pearl Jam. Makanya Mama suka sewot jika kami kompak menggelar konser mini di ruang tivi. Bising, kata Mama. Nah sekarang kok Mama jadi ikutan suka Nirvana?

“Masak iya sih Oom, Mama sedang jatuh cinta?” aku langsung ke pokok persoalan.

“Yaaa, mungkin saja kan. Jatuh cinta tuh bikin orang jadi aneh dan tiba-tiba berubah, Ven,” jawab Oom Adit.

“Tapi kalo perempuan jatuh cinta, biasanya kan justru suka hal-hal yang romantis Oom, termasuk lagu romantis. Nah ini, Mama justru kebalikannya. Musiknya jadi keras gitu.”

“Mungkin Mamamu jatuh cinta sama cowok metal, Ven,” jawab Oom Adit sambil nyengir sembari membuka-buka daftar menu.

Oom Adit ini. Ponakannya lagi bingung malah diledekin, bikin aku makin senewen.

“Jangan sampai jatuh cintanya sama brondong...,” aku menggumam sendiri.

Oom Adit terbahak keras sekali mendengar gumamanku. Sampai-sampai pria berkaos Kurt Cobain tadi menoleh ke arah kami. Uh, kepalaku tiba-tiba menjadi pening.

*****

Hari Minggu pagi. Aku masih berniat untuk melanjutkan tidur saat kudengar suara genjrang-genjreng musik dari kamar Mama. Aduuuh, pagi-pagi Mama sudah heboh aja. Aku kan masih ingin tidur setelah semalam pulang larut. Biasa, tugas kelompok sekaligus rapat OSIS di rumah Katrin.

With the lights out, it's less dangerous

Here we are now, entertain us

Hingar-bingar suara Kurt Cobain bersahut-sahutan dengan suara Mama. Duh, pagi-pagi sudah berisik.

Mau tak mau aku jadi bangun. Dengan malas kuseret langkahku ke dapur. Mendadak perutku jadi lapar.

“Eeh, belum cuci muka kok sudah mau sarapan aja,” tegur Mama.

“Mama mau pergi? Rapi amat pagi-pagi,” tanyaku tak nyambung dengan teguran Mama.

Kuamati penampilan Mama. Segar, dengan rok jeans dan blouse putih. Mama tampak jauh lebih muda daripada umur sebenarnya. Dandanannya simpel saja, hanya bedak dan sepulas tipis lipstik. Tidak menor seperti tante-tante seumurannya. Bisa jadi masih banyak lelaki muda di luar sana yang naksir Mama. Hush, aku membuang pikiran ngawurku yang lagi-lagi datang.

“Mau cuci mobil sebentar, habis itu langsung ke rumah Tante Dian. Ada desain baju yang harus didiskusikan,” jawab Mama sambil menuang jus jeruk dari pitcher ke gelasnya. Mama memang punya usaha butik bersama Tante Dian.

Dari kamar Mama, suara Kurt Cobain sudah berganti lagu. Kali ini “Come as You Are” versi unplugged.

“Mama sekarang jadi suka Nirvana juga?” Ups, aku terlalu to the point.

Glek. Kulihat Mama agak tersedak. Aku menatap Mama, menunggu jawaban. Tanpa komentar, Mama langsung beranjak dari kursi.

“Jangan lupa habis ini langsung mandi. Biar tak kucel begini,” ujar Mama mengacak rambutku dan bergegas pergi begitu saja.

Suara Kurt Cobain sudah berhenti. Tapi tanda tanya masih berkutat di benakku.

*****

Sepeninggal Mama, aku tak langsung mandi seperti pesan beliau. Dengan penasaran, aku masuk ke kamar Mama yang tak terkunci. Laptop masih dalam posisi terbuka, walaupun sudah off. Dari playlist di laptop biasanya Mama memutar lagu-lagu, termasuk lagu Nirvana akhir-akhir ini. Menggantikan musik melow milik Peter Cetera dan kawan-kawan.

Sempat terbersit niat untuk stalking isi laptop Mama, tapi urung kulakukan. ‘Hargai privasi orang lain’, nasihat Papa itu selalu kuingat dan kupegang.

Di sebelah laptop, foto Papa terpajang. Mungkinkah sudah saatnya Mama kini membutuhkan pendamping baru? Hiks, aku rasanya masih tak rela jika Mama jatuh cinta kepada lelaki lain selain Papa. Apalagi seperti... Tiba-tiba saja bayangan lelaki berkaos Kurt Cobain menyelinap di kepalaku.

No, no. Aku menggelengkan kepala sendiri. Sepertinya aku harus segera mandi sekaligus keramas, menghilangkan pikiran kacau itu. Lagian aku harus segera meluncur ke rumah Katrin. Masih ada beberapa tugas yang belum selesai.

*****

Langit telah menghitam ketika aku tiba di rumah. Rapat OSIS dan kegiatan ini-itu membuatku makin sering pulang malam.

Di meja makan kudapati hidangan makan malam yang sudah tersaji lengkap. Cumi masak kecap kesukaanku. Salut deh sama Mama. Biarpun punya bisnis sendiri tapi masih selalu sempat memasak untuk putri semata wayangnya ini.

Sayang aku sedang tak berselera makan. Lagipula sebelum pulang tadi Rio si ketua OSIS mentraktir kami semua makan bakso.

Setelah mandi dan ganti baju kusempatkan diri untuk menggado cumi itu tanpa nasi. Malam ini aku di rumah sendirian. Sore tadi kuterima sms dari Mama, mengabarkan beliau harus ke Yogya karena Oma masuk rumah sakit. Penyakit jantungnya kambuh lagi.

Pelan, kukunyah cumi kecap masakan Mama. Walau perutku sudah agak kenyang, tapi cumi ini tetap terasa nikmat di lidah. Masakan Mama memang tak ada duanya.

Ah, tiba-tiba aku kangen Mama.

*****

“Mamamu memang lagi kesepian, Ven.” Kalimat Tante Dian membuatku terkejut.

Siang itu aku mengunjungi rumah Tante Dian. Ada kain titipan Mama yang harus diserahkan. Kemarin Mama tak sempat membawa sendiri karena harus buru-buru mengejar pesawat ke Yogya.

“Mama kesepian? Lalu berusaha menjadi lebih muda dengan musik-musik itu, untuk menggaet cowok..?” aku menyemburkan kalimat itu dengan emosi.

Tante Dian malah tertawa. Memamerkan barisan gigi depannya yang berhiaskan behel. Aku jadi makin cemberut.

“Kok menggaet cowok sih..?” tanya Tante Dian, masih belum sepenuhnya berhenti tertawa.

“Kan nggak ada sejarahnya Mama suka musik rock, Tante. Lha ini tiba-tiba seleranya jadi aneh..”

“Kamu nggak suka, kalo Mamamu menyukai jenis musik yang sama denganmu..?” Kali ini wajah Tante Dian nampak serius. Tak ada tanda-tanda mau tertawa lagi.

“Maksud Tante..?”

“Maaf ya, kalo Tante lancang. Tapi Mamamu sebenarnya merasa kehilangan kamu, Vena. Gadis kecilnya kini telah menjadi gadis remaja SMA yang super sibuk. Jadi, Mamamu bukan kesepian yang enggak-enggak seperti bayanganmu. Dia hanya ingin kalian dekat lagi, seperti dulu,” jelas Tante Dian panjang lebar.

Aku menunduk. Jadi itu sebabnya mengapa selera musik Mama jadi berubah belakangan ini..? Sesederhana itu..?

Kuakui, akhir-akhir ini aku memang sibuk sendiri. Sering pulang telat, sampai rumah langsung masuk kamar. Kalau pagi, sarapan juga sering buru-buru. Hari libur, seringnya bangun siang dan langsung capcus ke rumah Katrin atau teman yang lain. Tak ada lagi obrolan hangat di meja makan bersama Mama. Apalagi nonton tivi sama-sama.

Kutepuk dahiku sendiri. Selama ini sudah mengabaikan Mama, dan belakangan malah berprasangka buruk terhadap beliau. Sampai-sampai membayangkan yang tidak-tidak. Duh, maafkan Vena, Mam..

“Jadi.. Mama bukannya sedang jatuh cinta lagi kan, Tan..?” tanyaku memastikan.

Tante Dian tertawa lagi. Kali ini sambil menggeleng-geleng. Lucu sekali kelihatannya. Mau tak mau aku jadi ikutan tertawa.

Aku janji, setelah ini bakal lebih sering meluangkan waktu bersama-sama Mama. Seperti dulu lagi. (TAMAT)






No comments:

Post a Comment