Sabtu, 29 November 2014
Alhamdulillah
siang tadi Hilmy sudah boleh pulang dari rumah sakit. Sejak hari Rabu dia
opname di Wijaya Kusuma. Tifus dan DB sekaligus, kata dokter. Empat hari mondok
di RS. Wah, berarti seperti kasus Nadaa kakaknya kira-kira setahun lalu.
Masih ingat
kurang lebih 3 minggu lalu, Minggu 9 November 2014 saya mengajak Hilmy ke
Jogja. Senin – Kamis 10 – 13 November 2014 ada ujian JFA di BPKP Perwakilan
Yogyakarta. Nadaa sementara saya titip di rumah kakak.
Senin siang
sepulang ujian dan kembali ke hotel, Hilmy mulai anget. Ndilalah saat itu saya tidak membawa madu dan propolis, padahal
biasanya kalo pergi sama anak-anak pasti bawa. Sempat kepikiran mau bawa, tapi
sok-sokan positive thinking Hilmy
sehat-sehat saja selama di Yogya..
Jadi begitu.
Selama 4 hari ikut saya ujian, sore – malamnya Hilmy demam. Waktu itu cuma saya
kasih paracetamol. Alhamdulillah selama ikut ujian di pagi – siang hari, Hilmy
baik-baik saja dan terlihat ‘sehat’ plus tidak rewel. Ohya, ternyata Nadaa juga
demam mulai hari Senin di rumah kakak saya. Aduh, benar-benar ujian lahir-batin
rasanya.
Pulang dari
Yogya Kamis 13 November 2015 , sampai rumah menjelang magrib. Hujan deras.
Jumat sorenya baru bisa bawa anak-anak ke dokter keluarga. Nadaa masih demam
lumayan tinggi, Hilmy cuma tinggal ‘anget’ doang. Diagnosa sementara: Nadaa
kambuh tifusnya, sementara Hilmy cuma kecapekan saja, walaupun saat diperiksa
perutnya agak kembung. Saat diukur suhu tubuh, Nadaa 38.5 derajat dan Hilmy 37
derajat.
Herannya,
walaupun dokter bilang Hilmy demam karena capek, tetap saja dikasih sirup
antibiotik. Selain itu ada puyer untuk panas, pusing, radang. Nadaa yang kambuh
tifusnya juga dikasih antibiotik dan beberapa tablet lainnya untuk demam serta
vitamin.
Dua hari minum
obat dokter Hilmy sudah terlihat sehat. Ohya, saya hanya memberi Hilmy puyernya
saja, antibiotiknya tidak. Pertimbangannya agar anak tidak ‘sedikit-sedikit
antibiotik’. Lagipula waktu itu dokter cuma bilang demam karena capek.
Senin 17
November Hilmy mulai sekolah lagi. Tapi besok sorenya badannya kembali anget. Bermaksud jaga-jaga, hari Rabunya
Hilmy saya liburkan dulu sekolahnya. Konsumsi madu + propolis. Tapi kok masih
saja demam, dan ada batuknya juga. Biasanya dengan madu+propolis, demam dan
batuk Hilmy berangsur sembuh, walaupun memang agak lebih lama dibanding dengan
minum obat dokter.
Berhubung tidak
ada perkembangan positif, Sabtu 22
November saya bawa ke dokter keluarga lagi. Dokter bilang diagnosis sementara
ISPA, dan memberi antibiotik sirup cefadroxil plus puyer untuk demam dan
pusing. Belum bisa dipastikan tifus/DB karena perlu cek darah. Dokter pesan
jika dalam 2-3 hari (pas obatnya habis) belum ada perkembangan maka harus datang
lagi untuk cek darah.
Begitulah. Hilmy
masih demam, malah cenderung naik. Memang saat-saat setelah minum obat panasnya
turun dan badannya berkeringat. Tapi tak lama demamnya kembali datang. Begitu
terus sampai obatnya habis. Malah di hari Minggu (23 November) sore, dia sempat
seperti berhalusinasi melihat binatang-binatang di langit-langit dan tembok
kamar.
Entah halusinasi
entah apa, yang jelas Hilmy menceritakan makhluk-makhluk (binatang) yang
dilihatnya dengan jelas dan rinci. “Tuh tuh.. Kelincinya lompat. Ada serigala..
mulai mengejar.. Itu di sana gorilla..” dst dsb. Alhamdulillah malam setelah
minum obat suhunya lumayan turun.
Senin (24
November) malam saat obatnya habis, saya bawa Hilmy ke dokter lagi, tapi sayang
sudah tutup. Jadi baru keesokan paginya bertemu dokter dan langsung dirujuk ke
rumah sakit. Secara fisik sih Hilmy terlihat masih lumayan aktif dan seperti
tidak sedang sakit (parah), masih lumayan ceria dan banyak bicara, tapi
panasnya memang lumayan tinggi. Di rumah -- sebelum ke dokter -- saya ukur
suhunya mencapai 39 derajat. Kemungkinan tifus, kata dokter sambil menulis
surat rujukan.
(bersambung)
No comments:
Post a Comment