Pages

Monday, April 2, 2012

Serunya Naik Kereta di Belanda


* posting tulisan lama (dimuat di majalah KA edisi Juni 2011) 


 Kamis, 11 Mei 2011, berlima dengan teman-teman sekampus, saya memanfaatkan liburan spring break dengan berjalan-jalan ke Groningen dan Giethoorn, sebuah kota kecil yang dikenal dengan Venesia-nya Belanda.

Perjalanan ditempuh dengan naik kereta. Sebagai mahasiswa yang selalu ingin berhemat, kali ini kembali kami memanfaatkan kartu Dagkaart. Kartu ini adalah tiket kereta harian yang memberikan harga khusus bagi penumpang kereta. 

Setidaknya ada 2 macam kartu Dagkaart yang saya kenal. Yang pertama adalah Dagkaart ‘terbitan’ supermarket Kruidvart, seharga 12,5 euro, berlaku week-end saja. Yang lainnya adalah ‘terbitan’ Blokker, seharga 30 euro (kartunya tandem, untuk 2 orang) dan berlaku untuk weekdays. Tapi harap dicatat, bahwa satu Dagkaart ini hanya berlaku untuk satu hari, dan hanya untuk kereta gerbong kelas 2 saja.

sampul tiket dagkaart
tiket daagkart
 


Dengan Dagkaart, kita bisa keliling Belanda naik kereta ke kota mana saja secara lebih ekonomis. Sebagai gambaran, Rotterdam-Groningen yang ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam, bila menggunakan tiket biasa (bukan Dagkaart) harganya adalah 23.5 euro one way / sekali jalan. Nah, dengan Dagkaart ini, kita bisa jalan keliling Belanda, dari kota ke kota, sepuasnya, dengan biaya yang jauuuuh lebih murah, yakni 12,5 euro dan 30 euro (2 orang) itu tadi.

Selain Dagkaart, beberapa teman mahasiswa juga memanfaatkan fasilitas kartu diskon. Dengan mengurus dan memiliku kartu diskon, maka penumpang akan mendapat korting sebesar 40% dari harga asli tiket kereta. Kartu diskon ini berlaku untuk 4 orang. Jadi, kalau mau jalan lebih murah sedangkan tidak memiliki Dagkaart (karena peminat Dagkaart ini cukup tinggi, jadi sering sold-out), kita bisa menebeng teman yang memiliki kartu diskon :)

beli tiket lewat mesin

Untuk urusan tiket (non Dagkaart), selain di loket, kita bisa membelinya di mesin-mesin tiket yang tersedia. Mesin tiket yang berwarna oranye ini tersedia cukup banyak di stasiun, sehingga calon penumpang tak perlu lama-lama mengantri. Tiket kereta bisa juga dibeli secara online dengan membuka website www.ns.nl. Segala informasi mengenai jam keberangkatan dan kedatangan, harus oper di stasiun mana saja (kalau diperlukan), harga per kelas (kelas 1 dan 2), semuanya lengkap tersedia.


Di stasiun, dengan mudah kita bisa menemukan papan informasi mengenai tujuan kereta, waktu keberangkatan dan kedatangan tiap-tiap kereta per jamnya, beserta nomor line-nya (atau ‘spoor’ dalam bahasa Belanda). Biasanya papan ini berwarna kuning. Sungguh membantu bagi para penumpang, terlebih lagi bagi para pendatang seperti saya.

Oya, berhubung sepeda sangat populer di negeri Belanda, penumpang kereta diperbolehkan untuk membawa serta sepedanya naik kereta lho. Tapi ada aturan mainnya. Si pemilik sepeda harus membayar tiket untuk sepedanya (bisa dibeli di mesin tiket, seharga 6 euro untuk sehari). Aturan lainnya, sepeda dilarang masuk kereta pada saat peak hours; yakni dari pukul 6.30 s/d 9.00 dan 16.30 s/d 18.00). Namun batasan jam tersebut tidak berlaku untuk weekend, public holiday dan selama Juli – Agutus (pada hari-hari tersebut, sepeda diperkenankan menumpang kereta pada jam berapapun).

Pagi itu saya sengaja datang lebih awal di Stasiun Rotterdam Centraal dari waktu janjian bersama teman-teman. Tiket saya dipegang oleh seorang teman – Pak Nardi – yang dua hari sebelumnya telah membeli Dagkaart di Blokker untuk dipakai tandem bersama saya.

Stasiun Rotterdam Centraal (pintu belakang)


Saya melirik jam tangan. 08.50. Stasiun Rotterdam Centraal yang sedang dalam tahap renovasi untuk dibangun menjadi lebih besar lagi terlihat sibuk seperti biasanya. Orang-orang terlihat hilir mudik dengan langkah tergesa. Pun di ujung tangga menuju spoor nomor 14, tempat kami janjian. Tapi lihatlah, walaupun tergesa mereka tertib mengantri. Mendahulukan rombongan orang yang menuruni tangga, baru mereka naik menuju peron yang dituju.

Akhirnya semua anggota rombongan pun terkumpul lengkap. Bergegas kami menuju ke spoor nomor 14, karena kereta akan segera berangkat pada 9.05. Jika terlambat, kami harus menunggu kereta berikutnya, kurang lebih setengah jam lagi. 

Sampai di spoor 14, ternyata kereta sudah datang. Penumpang mengantri untuk masuk ke dalam kereta dengan tertib. Kami pun ikut dalam antrian menuju gerbong kelas dua. Kali ini kami memilih untuk duduk di lantai 1, tidak di lantai 2 seperti biasanya (ya, kereta di Belanda ada yang tingkat lho). Tepat pukul 9.05 kereta yang kami tumpangi pun melaju.

Kami memilih tempat duduk dengan kursi yang berhadapan. Kursi yang berwarna biru dengan formasi 2-2 itu terasa empuk dan nyaman diduduki. Di bawah jendela terdapat 2 kotak sampah kecil. Tak heran lantai kereta selalu terjaga kebersihannya. Tak lama kondektur pun datang. Masih muda, dengan seragam biru tua yang gagah, si mas kondektur mendatangi para penumpang satu per satu, menandai tiket dengan alat semacam ‘jeglekan’, sambil menyapa ramah. 

Seperti biasa, sambil menikmati pemandangan dari balik jendela kereta, kami pun mengobrol. Lama kelamaan obrolan kami semakin seru. Hingga saya menyadari seorang opa yang duduk agak jauh di depan tempat duduk saya terlihat menggerak-gerakkan tangannya ke arah saya. Seakan ingin memberi isyarat. Ternyata benar. Sambil melihat ke arah saya, si opa meletakkan telunjuk di depan mulutnya. Meminta kami untuk diam, seraya telunjuk satunya lagi menunjuk tulisan di atas jendela. SILENCE. STILTE. 

Ups, ternyata kami berada di gerbong yang meminta penumpangnya untuk tidak berisik. Di ujung gerbong pun terlihat tanda berupa gambar HP yang disilang merah, dan gambar orang dengan telunjuk di multnya. Hmm.. saya baru tahu ternyata ada gerbong khusus begini. Sebelum-sebelumnya, selama pengalaman bepergian dengan kereta di Belanda saya belum pernah menemukannya.

Oya, ada satu lagi hal yang cukup membuat saya surprised di sini, yang belum pernah juga saya temui dalam perjalanan naik kerta di Belanda sebelumnya. Hari itu saya menjumpai lelaki yang menawarkan dagangannya kepada para penumpang kereta. Lelaki ini sepertinya adalah pedagang resmi di dalam kereta, karena terdapat logo “NS” (PT. KAI-nya Belanda) di baju yang dikenakannya. Dia terlihat sibuk menjajakan dagangan di dalam kotak yang dibawanya: aneka snack dan minuman ringan. Berkeliling dari gerbong satu ke gerbong yang lain. 

Ahai, ternyata di kereta Belanda ada juga pedagang asongan.. :)

si pedagang asongan :)
  
Kereta berhenti dan kami turun di stasiun Amersfoort. Dari sana kami harus ganti kereta menuju Groningen. Biarpun hanya kota kecil, namun stasiun Amersfoort terlihat bagus dan rapi. Di stasiun ini saya menyempatkan diri untuk ke toilet. Oya, bahasa Belanda untuk toilet sama seperti di Indonesia, yaitu “WC”. Kita harus mengeluarkan uang 50 sen untuk menggunakan WC di stasiun kereta.

Tak lama kemudian, kereta yang kami tunggu pun datang. Kembali kami masuk menuju gerbong kereta kelas 2, melanjutkan perjalanan menuju Groningen. Sambil berharap, suatu saat nanti naik kereta di Indonesia bisa semudah dan senyaman di Belanda.

(Rotterdam, 12 Mei 2011)

No comments:

Post a Comment