Judul buku : Assalamualaikum, Beijing!
Penulis : Asma Nadia
Penerbit : Noura Books
Terbit :
Oktober 2013, Cetakan I (pertama)
Tebal buku : 354 halaman
ISBN :
978-602-1606-15-5
Dewa mencintai Ra, gadis mungil berpenampilan sporty yang menyenangkan. Mereka adalah teman satu SMA, dan
melanjutkan kuliah di kampus yang sama. Awalnya Ra heran, kenapa dirinya begitu
sering mendapati Dewa berada di sekitarnya. Keheranannya terjawab ketika
akhirnya Dewa menyatakan cinta kepada Ra.
Setelah menjalin kasih selama kurang lebih empat tahun, Ra dan Dewa pun
berencana menikah. Namun kemudian ada Anita, gadis tercantik di kantor Dewa
yang terpikat oleh sosok Dewa yang jangkung, tampan, kharismatik, dan tak kuasa
menolak permintaan tolong seorang wanita. Status Dewa yang telah memiliki
kekasih, tak menjadikan Anita surut langkah untuk mendekati dan menaklukkan
lelaki itu.
Sebuah pengakuan yang diungkapkan oleh Dewa (hal. 63) membuat Ra memutuskan
untuk berubah sikap: menjauh dari diri dan kehidupan Dewa. Di waktu yang sama,
Anita tak kenal lelah berusaha merebut perhatian dan cinta Dewa dari Ra.
Sementara itu, perjalanan Asma berkilo-kilo meter dari tanah air telah
mempertemukannya dengan Zhongwen. Perkenalan Asma dengan Zhongwen bermula
ketika mereka duduk bersisian dalam satu bus yang sama, di tengah perjalanan
Asma menuju hostel tempatnya akan menginap selama di Beijing (hal. 12).
Sejak awal bertemu, Zhongwen sudah merasa tertarik pada Asma. Sayang,
kartu nama yang diberikan Zhongwen kepada Asma tercecer begitu saja. Rasa
penasaran Zhongwen yang tak kunjung mendapat kiriman SMS dari Asma, mendorong
pemuda China itu untuk mencari jejak Asma di Beijing. Pencarian yang bukan hanya
tentang cinta dan wanita, namun juga pencarian akan keberadaan Tuhan dan agama.
Ada daya tarik misterius yang dipancarkan Asma sejak pertama kali mereka
bertemu, walaupun itu bukan kali pertama bagi Zhongwen bertemu dengan seorang
gadis yang berkerudung di China. Saat hampir menyerah mencari, Zhongwen melihat
Asma di balik jendela sebuah bus. Sayang, bus yang melaju semakin cepat membuat
Zhongwen tak kuasa mengejar, membuatnya harus kembali kehilangan jejak Asma
(hal. 70). Beruntung, hanya sehari sebelum Asma kembali ke tanah air, Zhongwen
berhasil menemukan Asma di sebuah masjid tua yang menjadi salah satu tempat
tujuan wisata di Beijing (hal. 95).
Ra dan Dewa. Asma dan Zhongwen. Juga ada Anita, sang orang ketiga. Novel ini
menyajikan liku perjalanan cinta anak-anak manusia tersebut dengan apik. Dewa
yang begitu mencintai Ra dan berusaha setia, namun sempat tergoda oleh Anita, akankah
kembali kepada Ra? Lalu, bagaimana kelanjutan hubungan Asma dan Zhongwen,
sekembalinya Asma ke tanah air? Apakah kedua kisah cinta tersebut saling
berhubungan?
Menggunakan sudut pandang orang ketiga, bab demi bab dalam buku ini
secara bergantian menceritakan kisah Ra-Dewa dan Asma-Zhongwen. Dua setting dan
dua plot cerita dalam satu novel. Unik dan tidak membosankan. Konsekuensinya,
pembaca harus jeli dalam mengingat masing-masing plot agar gambaran cerita
menjadi utuh dan tidak terpotong.
Pengalaman Asma Nadia menjelajahi negeri China khususnya Beijing, membuat
deskripsi tentang tempat-tempat di negeri dan kota tersebut menjadi nyata dan
hidup. Di antaranya tentang masjid Raya Xi’an (hal. 41), the Great Wall (hal. 28-29
dan 55-58), Masjid Niujie (hal. 97-98) serta berbagai sudut kota Beijing ketika
Zhongwen mencari Asma (hal. 71).
Gambaran suasana tempat-tempat tersebut yang dilengkapi dengan kisah
sejarahnya membuat novel ini memiliki nilai lebih. Selipan bumbu tentang sebuah
cerita rakyat China yang salah satu tokohnya (menurut Zhongwen) mewujud pada
Asma, semakin memperkaya novel ini. Sebagai penulis, Asma Nadia cukup piawai
mengemas romantisme kisah cinta berbalut sejarah dan legenda.
Dalam novel terbarunya ini, Asma Nadia juga menyelipkan dialog-dialog
ringan antara Asma dan Zhongwen tentang ajaran Islam, tanpa membuat novel ini
terasa ‘berat’. Seperti yang bisa dibaca di halaman 111 dan 112 ketika Asma
menjelaskan tentang batasan pergaulan wanita dan pria dalam Islam. Kutipan-kutipan
dialog dan kalimat berbahasa Mandarin – selain Inggris – juga menambah warna
pada jalinan cerita.
Secara implisit, novel ini mengajarkan tentang kesetiaan dan pengorbanan.
Lewat tokoh Ra, pembaca juga bisa belajar tentang ikhlas dan move-on. Dari airmata menuju sukacita,
dari kenangan kepada kenyataan, dan dari kekecewaan dengan memaafkan (hal. 133).
“Assalamualaikum, Beijing!” adalah sebuah novel tentang cinta sejati yang
menemukan jalannya. Bacaan yang tepat bagi orang yang mulai kehilangan
kepercayaan akan cinta. []
alur ceritanya tampak tidak baru dari novel kebanyakan, tapi setting Beijing ini mungkin jadi daya tarik yang tak dimiliki novel lain untuk memadukan dg nilai2 religius. ah, bunda asma nadia selalu sukses bikin penasaran. :)
ReplyDeletekonfliknya memang tidak begitu baru mak, tapi menurut saya alurnya lumayan baru :). btw penggemar mba asma nadia juga kah..? sama dung kita.. ^_^
Deletekayaknya seru tuh bukunya, tentang cinta ya mbak
ReplyDeleteiya mbak, tentang cinta yang mengharu-biru.. ayo baca juga mbak :)
Delete