Merupakan cerpen kedua yang dimuat di Majalah Bobo. Dikirim tanggal 13 Februari 2012, dan baru dimuat pada bulan November 2012. Sayang tidak ada dokumentasi fotonya, hiks. Jadi pake foto sedapetnya aja deh dari BB: foto Hilmy yang lagi utak-atik hp setelah capek baca Bobo :D
Ini dia cerita selengkapnya:
MAMI SKOLI
“Duduknya, Farah..”
Hmm, lagi-lagi Mami mengingatkan cara duduk Farah.
Farah sudah hapal dengan teguran Mami yang satu ini.
“Farah, duduknya..!,” ulang Mami agak keras.
“Iya Mi..,” jawab Farah malas. Matanya masih asyik
tertuju ke layar tivi. Perlahan ditegakkan punggungnya.
“Kalau mau bersandar, geser pantatnya ke sandaran
kursi. Punggung lurus menempel ke sandaran. Jangan sikap malas begitu. Tegak 90
derajat,” nasihat Mami panjang lebar.
Sebenarnya Farah sudah hapal luar kepala ‘aturan
posisi duduk’ ala Mami ini. Tapi menurut Farah, duduk bersandar dengan sikap
malas alias setengah duduk – setengah baring itu yang paling enak. Duduk tegak,
walaupun bersandar, hanya membuat keasyikannya membaca atau menonton tivi jadi
berkurang.
Kenapa sih Mami selalu cerewet mengingatkan cara
dudukku, batin Farah.
“Mami tidak ingin Farah seperti Mami,” tiba-tiba saja
Mami sudah duduk di sebelah Farah. Diraihnya tangan Farah lalu diarahkan ke
punggung. Mami menyuruh Farah meraba punggung Mami.
Penasaran, Farah meraba punggung Mami baik-baik.
“Lho, ini kenapa Mi..?” Farah bertanya heran.
Selama ini Farah tidak menyadari bahwa ternyata
punggung Mami tidak rata. Sebelah kanannya terasa bongkok dan agak menonjol.
“Mami tidak
ingin Farah kena skoliosis juga seperti Mami,” kata Mami.
Skoliosis..? Hmm, apa itu?
Mami menjelaskan, skoliosis adalah kelainan bentuk tulang
punggung atau tulang belakang. Tulang belakang yang harusnya lurus malahan
membentuk kurva seperti huruf C atau S.
Mami mulai bercerita. Sama seperti Farah, Mami suka
membaca sejak kecil. Dulu Mami paling suka membaca dengan posisi duduk bersila
dan tangan bertopang dagu ke sisi kanan. Siku bertumpu di paha kanan, sehingga
punggung miring ke kanan. Mami betah membaca berjam-jam dengan posisi seperti
itu.
Mami juga suka duduk malas-malasan di kursi. Punggung
dibiarkan melorot, tidak tegak. Persis posisi favorit Farah. Oma sudah sering
menasehati, tapi Mami tak peduli.
Sewaktu SD kelas lima, seorang teman menegur Mami.
Katanya pundak Mami tidak rata, yang kanan lebih tinggi daripada yang kiri. Awalnya
Mami mengira temannya itu hanya main-main. Mami baru percaya ketika mengamati pas-fotonya
sendiri. Di situ terlihat bahwa pundak Mami memang agak tinggi sebelah. Oma
juga mendapati, ketika rukuk dalam sholat, punggung kanan Mami terlihat
menonjol.
Semakin lama Mami pun semakin menyadari ada yang aneh
dengan tubuhnya. Setiap kali mengenakan celana panjang, pipa celana yang kiri terlihat
lebih pendek. Ternyata, itu disebabkan karena pinggul Mami telah menjadi tidak
seimbang antara kiri dan kanan. Pinggang kiri Mami berlekuk sedangkan pinggang
kanan lurus-lurus saja. Itulah sebabnya mengapa pipa celana kiri menjadi
‘menggantung’ kalau dipakai.
“Ih, aneh sekali ya Mi,” sela Farah.
“Iya Farah. Selain aneh, rasanya juga tidak nyaman,”
jawab Mami.
Dari pelajaran Biologi, Mami akhirnya tahu bahwa apa
yang dia alami adalah skoliosis. Tulang belakangnya berbentuk melengkung
seperti huruf S. Mami menduga, posisi duduknya yang tidak tegak dan bertumpu ke
satu sisi yang menjadi penyebabnya.
Mami pun mencari tahu tentang skoliosis ini. Ternyata,
skoliosis cukup berbahaya. Kalau dibiarkan, tulang belakang akan semakin parah
bengkoknya dan bisa menyebabkan nyeri punggung dan sulit bernapas. Salah satu
cara untuk ‘mengoreksi’ skoliosis adalah dengan pemakaian brace atau semacam ‘rompi’ yang terbuat dari logam. Brace ini harus dipakai 23 jam setiap
hari, termasuk ketika tidur.
Selain itu kata Mami, ada penderita skoliosis yang harus
sampai dioperasi karena melengkungnya sudah parah. Bagian punggung dibedah,
posisi tulang diperbaiki dan bila perlu dipasang alat logam di dalamnya.
Sejak itu, Mami mulai menjaga postur tubuhnya. Punggung
dijaga selalu tegak tetapi tetap luwes dan tidak tegang. Mami tidak ingin memakai
brace, apalagi operasi. Selain mahal,
memakai brace pasti akan sangat tidak
nyaman. Sedangkan operasi? Huaaa, Mami ngeri, dan pastinya juga biayanya lebih
mahal lagi.
Untungnya Mami segera sadar sebelum skoliosisnya
semakin parah. Walaupun punggungnya sudah terlanjur melengkung. Mami bersyukur
tidak sampai harus memakai brace atau
operasi. Bahkan kalau tidak diamati betul-betul, badan dan punggung Mami
terlihat oke-oke saja. Hanya sedikit orang yang tahu bahwa Mami sebenarnya
mengalami skoliosis.
“Makanya Mami ingin Farah selalu jaga postur tubuh. Jangan
membungkuk atau miring. Terutama kalau pas duduk. Jangan sampai kena skoliosis
seperti Mami,” Mami menutup ceritanya.
“Siap, Mami Skoli!” goda Farah.
Mami memencet hidung Farah gemas.
***
hi..hi...ini anak gw banget critanya. untungnya smenjak SD, masalah sikap tubuh yg benar, menjadi salah satu perhatian di sekolahnya. jadi sekarang si kakak udah agak jarang duduk seenaknya.
ReplyDeletesip mbak.. salah sikap tubuh sejak kecil, fatal akibatnya jika keterusan ya :)
DeleteTess..tes..
ReplyDeleteternyata bisa komen disini :)
saya punya majalahnya nih mbak :D
ReplyDeletewah.. mau dung difotoin, buat dokumentasi :)
DeleteSenang bacanya Mak... Sarat ilmu plus nasehat. Apalagi yang Bobo suka supaya kiriman bisa terbit? Trmks sebelumnya ya Mak Ofi...:)
ReplyDeleteMakasih kunjungannya, Mak Mutia..
DeleteHmm, apa ya yang Bobo suka supaya cepet dimuat? Mungkin salah satunya tuh tema yang unik, Mak. Saya juga masih belajar nih.. :)
Keren mbak, pelajaran berharga sekali. Pingin jadi penulis seperti mbak
ReplyDelete