Merupakan cerpen keempat yang dimuat di Majalah Bobo. Naskah dikirim ke redaksi tanggal 4 Maret 2013, dan baru dimuat tanggal 26 Desember 2013 (Majalah Bobo XLI No. 38).
***
POTLUCK DI RUMAH LUKI
Heboh!
Luki melongo melihat dapur pagi ini. Dia baru saja turun dari kamarnya di
lantai dua, dan mau sarapan.
“Goeden
morgen, anak ganteng!” Mama melempar senyum sambil mengelap butiran keringat di
dahinya. Celemeknya yang bergambar kincir angin tampak agak belepotan noda.
“Mama
tumben pagi-pagi masaknya serius gini..?” Luki bertanya keheranan.
Dia
melongokkan kepala ke arah panci besar di atas kompor. Hmm.. kuah kecoklatan
agak kental nan harum. Tak salah lagi.. Coto Makassar! Lekker..
Tapi
aneh. Biasanya di pagi hari menu yang tersedia adalah roti tawar dengan selai stroberi
atau keju kesukaan Luki. Plus sekotak susu Chocomell di atas meja makan.
Kalaupun agak beda, paling nasi goreng atau mie goreng plus omelet. Tapi... Coto Makassar..??
“Eit,
jangan dulu.. Itu belum matang!” seru Mama.
Luki
mengurungkan niat menyendok kuah coto. Tapi tetap saja tangannya mencomot satu
potongan daging sapi yang sudah Mama sisihkan di mangkok.
“Memangnya
mau ada acara, ya Ma?”
“Iya,
nanti siang ada potluck di rumah kita.”
Hmm,
potluck? Apa itu..? Luki tak punya
cukup banyak waktu untuk bertanya pada Mama. Bunyi “tit-tit” dari jam tangannya
mengingatkan Luki untuk segera berangkat. Dia tak mau ketinggalan trem dan
terlambat tiba di lapangan sepakbola. Semenjak tinggal di Belanda, mau tak mau
Luki belajar untuk lebih tepat waktu, mengikuti budaya warga Belanda yang
terkenal disiplin.
Siangnya
saat Luki kembali dari berlatih bola, rumahnya telah ramai. Banyak teman Mama
dan Papa yang datang, bersama anak-anak mereka.
Ada
kakak beradik Rafael dan Caitlin, si kembar Harry dan Danny, si jangkung Ryan
dan si pirang Wesley. Teman-temannya itu berwajah seperti bule. Ya, karena
mama-mama mereka orang Indonesia yang menikah dengan orang Belanda.
Ada
pula Bagas, Sekar, Bastian, Laras dan Ferdi , teman-temannya yang Indonesia
asli. Sama seperti Luki, mereka ikut orang tua yang sedang menuntut ilmu di
negeri Belanda.
Wah,
ramai sekali rumah Luki siang itu. Seru! Anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak.
Dan
wow.. mata Luki terbelalak melihat bermacam-macam makanan yang terhidang di
atas meja makan. Ada Coto Makassar yang tadi pagi sudah sempat dicicipinya
sedikit. Lalu ada ayam rica-rica.
Rendang. Teri balado. Tahu dan tempe bacem. Bakwan jagung. Serasa sedang pesta
di Indonesia!
Apakah
Mama yang memasak semua itu..? pikir Luki setengah takjub.
Ting tong!
“Luki,
tolong bukakan pintu!” seru Mama yang sedang sibuk menata piring dan gelas
bersama Tante Mirda.
Ternyata
yang datang adalah Tante Dewi. Beliau tampak kerepotan. Satu tangannya menggendong
si kecil Bobi yang tertidur, sementara tangan lainnya memegang sebuah termos
besar.
“Biar
saya bantu bawakan, Tante,” tawar Luki sopan.
“Oh,
terimakasih Luki. Tolong langsung dibawa ke ruang makan saja ya.”
Tante
Dewi mengangsurkan termos itu kepada Luki. Ups, berat juga ternyata. Luki
sampai harus mengangkatnya dengan kedua tangan.
Di
ruang makan, Mama menyongsongnya.
“Wah,
ini dia kolaknya sudah datang. Kolak Tante Dewi paling lezat seantero Belanda,”
kata Mama riang.
Oh, jadi termos tadi
isinya kolak bikinan Tante Dewi, pikir Luki. Berarti, makanan yang lain... Ah ya! Aku tahu sekarang, Luki menggumam
dalam hati.
“Pepes
ikan datang...” suara berat Oom Jo membuyarkan pikiran Luki. Kedua tangannya
menyangga pinggan berisi pepes-pepes yang terbungkus daun pisang. Aroma
gurihnya menguar ke seluruh ruangan.
“Nah,
berhubung semua sudah hadir, dan hari sudah semakin siang, mari kita mulai saja
acaranya,” kata Papa.
“Tentu
saja. Kita semua sudah kelaparan,” timpal Oom Jo sambil tertawa. Beliau berdiri
dan mengambil posisi antri paling depan di dekat meja makan.
“Tolong
panggil dulu teman-temanmu yang masih main di halaman belakang, Luki,” kata
Mama.
“Oke
Ma,” jawab Luki sambil beringsut mendekati Mama.
“Jadi
bukan Mama yang memasak semua ini kan?” bisiknya di telinga Mama.
“Tentu
saja bukan. Mama hanya memasak cotonya saja,” jawab Mama sambil tertawa kecil.
Luki
manggut-manggut. Mencoba menghubungkan semuanya. Coto Makassar masakan Mama.
Kolak dari Tante Dewi. Pepes ikan bawaan Oom Jo. Ayam rica-rica, rendang, teri
balado, tahu dan tempe bacem, serta bakwan jagung juga pasti buah tangan tamu
yang lain.
Hmm...
kini Luki mengerti apa itu potluck.
Nah,
bagaimana dengan kalian? Apakah kalian juga sudah tahu potluck itu apa?
(Tamat)
kereennn!!! selamat ya mbak, masuk bobo itu sesuatuuhhh bangeetts lho ;)
ReplyDeleteboleh dong bagi2 ilmu dan infonya ;)
kalo ilmu, sebenernya saya masih belajar kok mbak.. cuma suka aja baca2 cerita anak, dan diem2 mendem hasrat pengen suatu saat dimuat di bobo..hehe.
Deletenah kalo info, mungkin saya lebih bisa jawab. alamat email untuk pengiriman naskah cerpen bobo: naskahbobo@gramedia-majalah.com. panjang tulisan sekitar 600-700 kata (pengalaman saya sih..)
selamat mencoba ya mbak.. :)
waaahhhh kereeeeen bangeeettt... huuuaaahhh ku jadi pengen buat cerita ...
ReplyDeletehihi, kayaknya gak keren2 amat kok... ayoo, bikin aja cerpennya.. just write :)
Deletekerreeennn....aku suka gk PD nulis cerita anak...ini sampe bisa nembus Bobo....keren kereeen...:)
ReplyDeletemak winda jauuuh lebih kereen.. udah punya buku solo segala.. apalagi blognya tuh.. keren abisss.. ^_^
DeleteMantap, calon penulis handal nih :)
ReplyDeleteBagi-bagi ilmu'a donk mba, buat aku yg baru belajar nulis alias newbie :)
aamiin.. makasih ya, didoain jadi penulis handal :)
Deleteilmunya apa ya..? suka baca.. dan rajin nulis. itu aja kayaknya yang paling pokok. karena saya sendiri juga masih belajar2 nih.. :)
mantap mbak udah cukup banyak tulisannya dimuat di majalah bobo. oh ya ponakan aku suka nulis cerpen ya cerita anak. ponakan kelas 5 SD gitu. bisa gak ya cerpennya dimuat di bobo juga :D.
ReplyDeletemasih dikit mbak.. pengen lebih banyak lagi, hehe.
Deletekeren nih ponakannya..masih kecil tapi dah suka nulis. bisa aja mbak, cerpennya ponakan dikirim ke bobo.. kalo menurut redakturnya bagus dan cocok, pasti dimuat :)
aku sdh baca mbak... keren ceritanya nambah wawasan. Hmm... doakan cerpenku nongol lg di bobo ya mbak, baru pecah telor 1 hehe :)
ReplyDeletealhamdulillah kalo suka, mbak vanda :) amin, amiin... aku doain cerpen mbak vanda sering2 nongol di bobo lagi..biar telornya pecah banyaaak.. hihi
Deletemampir di blog-nya calon penulis hebat memang banyak manfaatnya. super banget. mantep. lanjutkan...
ReplyDeleteBobo bok! ini majalah anak-anak favorit saya sejak dulu, dan tahunya cuma itu (sampai kini). Jadi pengen nyoba ikut kirim ke Bobo juga nih Mak. syarat-syaratnya apa aja ya Mak?
ReplyDeletehalo mak.. kalo saya sih biasanya panjang tulisan sekitar 600-700 kata, huruf times new roman 12pt, spasi 1.5, trus dikirim ke naskahbobo@gramedia-majalah.com.
Deletegood luck ya mak.. ^_^
wah hebat, tulisannya. Selamat, betul-betul tulisan dari keluarga Blogger ya..., salam kenall.
ReplyDeletesalam kenal balik.. makasih udah berkunjung :)
DeleteWoow kereeen ajarin aku nulis cerita anak donk Mak Ofi :)
ReplyDeletehebat, Mbak! ^_^
ReplyDeletekereeeeeeeen.....*terdiam takjub
ReplyDeleteKeren banget
ReplyDeleteKeren banget
ReplyDeleteKeren, Mbak. Cerpennya bisa dimuat di majalah Bobo.
ReplyDeleteMbak, emailnya majalah Bobo yang aktif yang mana, ya?
Saya pengen nyoba kirim cerpen :)
Terima kasih :)