Siapa Anders Antonsen?
Mungkin banyak yang belum kenal dengan pemain bulutangkis asal Denmark satu ini.
Sebelum ini, saya sendiri hanya sekilas mendengar nama Antonsen dan lebih familiar
dengan Viktor Axelsen, pebulutangkis Denmark ranking 6 dunia yang sempat
menduduki peringkat 1. Terus terang baru stalking profil si Antonsen setelah dia
kemarin berhasil mengalahkan Jonatan Christie aka Jojo di Semifinal Daihatsu
Indonesia Masters 2019.
Si Antonsen ini
merupakan bibit baru bulutangkis Denmark, usia 21 tahun dan sekarang berada di
posisi nomor 20 BWF world ranking.
Nah, di final tadi
sore, Antonsen bertemu Kento Momota, si ranking 1 dunia asal Jepang. Skor head
to head mereka sebelum match final adalah 3 – 0 untuk Momota. Di atas kertas,
Antonsen jelas kalah dari Momota.
Tapi apa yang
terjadi..
Di luar dugaan, dari
awal set pertama ternyata Antonsen memperlihatkan permainan yang ulet. Pertandingan
berlangsung seru, skornya ketat. Antonsen meladeni serangan-serangan Momota
dengan sabar, hingga tak jarang Momota melakukan kesalahan sendiri. Defens-nya ciamik.
Bola-bola sulit dari Momota berhasil dikembalikan dengan baik. Serangan
dilancarkan Antonsen dengan tenang dan placingnya bagus. Tidak buru-buru. Kelihatan
kalau dia fokus sekali dalam permainan. Set pertama pun dimenangkan oleh
Antonsen dengan skor 21-16.
Pada set kedua Momota
bermain lebih safe. Antonsen kelihatan agak kurang fokus, sehingga harus merelakan
set kedua dengan skor 14-21.
Saat itu udah agak
ragu kalo bakal ada kejutan (Antonsen yang menang dan jadi juara). Biasanya
Momota unggul kalo main sampai 3 set. Dia bagus di stamina dan mental: kuat dan
nggak gampang down. Apalagi setelah berhasil merebut set kedua, mentalnya jadi ‘naik’.
Ditambah lagi sepanjang pertandingan, supporter Istora heboh meneriakkan “Kento..
Kento..”
Tapi ternyata di set
ke-3, Antonsen mampu bangkit lagi. Fokus, tetap tenang, dan serangannya
terukur. Air mukanya tetap kalem tanpa emosi berlebihan. Smash dan dropshot tajam
Momota dia ladeni dengan baik. Nettingnya juga mulus dan cukup membuat Momota
kewalahan. Satu demi satu poin dia kumpulkan, meski cukup ketat di awal. Walaupun
sempat terlihat agak nervous di poin-poin terakhir dan ingin buru-buru
menyelesaikan pertandingan, akhirnya Antonsen berhasil menang lagi di set ke-3
dengan skor 21-16. Seru plus tegang..! Setelah menang, baru dia keliatan
ekspresinya dan meluapkan emosinya.
Amazing, Antonsen..!
Masih muda, underdog, lawannya bukan main-main, tanpa pelatih, (hampir) semua
supporter dukung lawan.. tapi berhasil menang dan jadi juara! Luar biasa..
Btw ini gelar juara
super series 500 pertama yang berhasil dia raih.
Hebatnya lagi,
Antonsen ini (dan pemain Denmark lainnya) bertanding tanpa didampingi coach dan
therapist (plus pake biaya sendiri), karena memang lagi ada permasalahan di
federasi bulutangkis sana. Jadi pas jeda, kalo Momota sambil minum sambil lap
keringet sambil dikasih pengarahan sama 2 orang coachnya, dan dikompres-kompres
es batu (es batu atau apa sih itu, yang suka ditaro di tengkuk? Hehe), si
Antonsen itu ya minum-lap keringet sendirian di pinggir lapangan. Nggak ada
yang ngasih pengarahan, nggak ada yang naro-naro es batu di tengkuk, nggak ada
yang nyuporterin.. betul-betul single fighter!
(Makanya pas menang
tadi, Antonsen agak bingung juga mau seru-seruan celebrating his winning moment
sama siapa.. karena betul-betul sendirian. Kabarnya pemain-pemain Denmark
lainnya malah sudah pulang duluan. Kasian ya, hehe. Mengharukan sih aslinya..).
Btw.. sambil nonton
Antonsen lari-larian puter arena, buka kaos dan ngelempar kaosnya ke
supporter.. jadi sambil kepikiran..
Kalo dianalogikan
dalam kehidupan dunia, kita (saya) mungkin pernah berada di posisi seperti
Antonsen di pertandingan tadi. Posisi yang sangat tidak menguntungkan..
Kita mungkin pernah mengalami
kondisi yang berat, cobaan bertubi-tubi, seperti tak mungkin untuk melalui.. sebagaimana
Antonsen berlaga di pertandingan melawan Momota, seperti tak mungkin untuk
menang.
Lalu di tengah
kesulitan kita itu tak ada seseorang yang menguatkan, kita harus menghadapi
semua cobaan sendirian.. Sebagaimana Antonsen bertanding tanpa coach yang
mendampingi.
Belum lagi.. sudahlah
tidak ada yang menguatkan dan harus menghadapi sendirian.. ditambah lagi semua
orang kontra dan menyalahkan kita.. bahkan mungkin senang melihat penderitaan
kita.. seperti tadi Antonsen bertanding dengan seisi Istora yang dengan gegap
gempita meneriakkan nama dan mendukung Momota.
Seems that everything
goes wrong.. sepertinya semesta mendukung untuk ‘mengalahkan’ kita, membuat
kita tak berdaya.
Tapi ternyata Antonsen
bisa membalikkan keadaan. Tetap fokus, sabar, dan tenang menghadapi situasi sulit
yang tidak menguntungkan. Terus berusaha, gigih, pantang menyerah, ‘tak peduli’
pada lingkungan yang ‘negatif’. Hingga akhirnya berhasil menang dan jadi juara!
Mungkin kita juga
harus meniru Antonsen. Untuk tak menyerah begitu saja pada keadaan.. Untuk
tetap kalem dan tidak grusa-grusu menghadapi kesulitan.. Untuk terus berusaha
mengatasi setiap ujian dan menjadi pemenang di kehidupan..
Again.. congrats,
Antonsen. You really deserve it!