Pages

Monday, March 31, 2014

Karena Kita Hanya Punya Satu Bumi

Cuaca ekstrim. Suhu udara makin panas. Juga makin banyak bencana. Banjir. Longsor. Badai. Atau cukup katakan dengan satu frasa: perubahan iklim alias climate change.

Kadang kita tak sadar manusia sendiri yang menjadi penyebab itu semua. Takut nggak sih kalau lama-lama bumi akan ‘habis’ oleh manusia? 

Dalam 2012 Living Planet Report yang dirilis oleh WWF, diperingatkan bahwa jika kita tidak mengubah cara kita dalam ‘memperlakukan bumi’, maka diprediksikan pada tahun 2030 kita butuh dua bumi [1]. What..? Dua bumi..? Padahal kita cuma punya satu. 

We have only one... EARTH
sumber: http://1.bp.blogspot.com

Salah satu bentuk kepedulian WWF Indonesia akan kelestarian bumi dan lingkungan adalah dengan kampanye #IngatLingkungan dengan menyelenggarakan lomba blog ini.

Sebenarnya tak harus susah-susah untuk memulai gaya hidup yang lebih peduli lingkungan, agar umur bumi semakin panjang. Cukup dengan hal-hal sederhana, seperti berikut ini.

No more plastic-mania

Plastik memang praktis. Sudah ringan, tahan air pula. Sayangnya si plastik ini sulit terurai. Bahkan menurut DEFRA (Department for Environment, Food, and Rural Affairs) UK seperti yang dilansir BBC,  butuh waktu 500 tahun untuk menguraikan plastik [2]. Wow! Bagaimana dengan plastik beberapa supermarket yang katanya degradable itu? Tetap saja, butuh waktu lebih lama untuk terurai daripada kertas, misalnya.

Padahal saat ini berjuta-juta orang memakai plastik setiap harinya. Di Indonesia saja, jumlah sampah plastik mencapai 26.000 ton per hari [3]. Kebayang nggak sih, sampah plastik yang semakin menggunung dari hari ke hari?

So, yuk yuk, jangan dikit-dikit pakai plastik. Reduce and re-use si plastik ini. Sedia tas belanja yang terbuat dari katun jika mau belanja di supermarket (atau di mana saja). Kalaupun butuh kantong plastik untuk belanjaan yang basah, sedia kantong plastik sendiri dan simpan lagi untuk dipakai ulang.

Bawa tas belanja sendiri yuk
sumber: annamariechen.com

Bawa tempat bekal makan dan minum sendiri juga bisa mengurangi sampah plastik. Daripada jajan air mineral, lebih irit bawa minum sendiri.  Kalau memungkinkan, saat membeli makanan untuk dibawa pulang, kita siapkan wadah sendiri. By the way, saat di restoran (atau di mana saja), menolak memakai sedotan juga bisa mengurangi sampah plastik lho ^_^ 

Pikir-pikir pakai air 

Tahu nggak sih, kalau kita memakai 144 liter air per hari? [4]. Angka tersebut merupakan hasil survey Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya pada 2006. Jangan-jangan jika dilakukan survey lagi sekarang angkanya semakin besar? Wah, jangan sampai ya.


Jangan biarkan air menetes sia-sia
sumber: fabulousmommys.com

Sebenarnya menghemat air bisa dilakukan dengan sederhana. Saat sedang sikat gigi di wastafel, apakah kran airnya terus-menerus mengalir? Padahal kita butuh airnya hanya untuk kumur dan membersihkan sikat saja. 

Demikian juga saat mencuci piring di kitchen sink. Ketika menyabuni perabot yang dicuci, kran air ditutup saja dulu. Saat mengalirkan air untuk membilas, kran dibuka seperlunya saja. Lalu, untuk menyiram tanaman, alih-alih menggunakan slang dengan kran air yang full terbuka, lebih baik memilih menggunakan penyiram tanaman dengan lubang kecil-kecil.

Menghemat air bisa juga dilakukan dengan pemakaian berulang. Air bekas mencuci sayuran dan buah, bisa dimanfaatkan untuk menyiram tanaman. Air bilasan cuci pakaian, bisa untuk mencuci motor (paling tidak untuk penyiraman pertama). 

Sepeda dan jalan kaki 

Selain menyehatkan badan, kita tahu bahwa bersepeda dan berjalan kaki pun menyehatkan lingkungan. Berdasarkan penelitian,  emisi karbon bisa dikurangi hingga 2 – 4% hanya dengan mengalihkan 1% perjalanan dengan mobil (kendaraan bermotor) ke perjalanan bersepeda [5].


Ini sepedaku. Mana sepedamu?
sumber: dok. pribadi
Jika hanya sekedar pergi ke warung di ujung jalan, yuk tinggalkan dulu motornya dan pakai sepeda atau jalan saja. Atau jika kantor tidak terlalu jauh (seperti saya, hehe), bisa dicoba minimal sekali seminggu untuk bersepeda ke kantor, bukan dengan motor atau angkot, apalagi mobil. Sekolah anak dekat dengan rumah? Biasakan mereka untuk bersepeda (atau jika mungkin, berjalan kaki) daripada mengantar-jemput dengan motor. 

Kertas bekas, kenapa tidak? 

Zaman sekarang, siapa sih yang tak butuh kertas? Apalagi di kantor dan di sekolah. Padahal setiap 15 rim  kertas ukuran A4 ekivalen dengan satu pohon [6].

Di kantor saya banyak kertas bekas print yang tidak terpakai. Masih banyak karyawan yang memakai kertas HVS baru untuk mengeprint draft. Masih ada juga bos yang hanya mau menerima (draft) dokumen dengan kertas yang baru. Padahal draft tersebut masih mau dicorat-coret dikoreksi. Hmm, sayang sekali. 

Hemat kertas, sayangi pohon
sumber: http://uv-blog.uio.no

Padahal untuk mengeprint draft cukuplah memakai kertas bekas dulu, yang sebelah sisinya masih kosong. Jika mau mengeprint dokumen final, baru deh pakai kertas yang baru. Jangan lupa teliti dulu hasilnya di monitor sebelum di-print, agar tak harus mengulang nge-print yang membuat boros kertas ^_^

Ohya, di kantor saya ada atasan yang boros kertas, tapi ternyata ada juga salah satu bagian yang sudah menerapkan hemat kertas lho. Selain menggunakan email, untuk surat menyurat ‘lokal’ atau kalangan sendiri, amplop suratnya dibuat sendiri dari kertas HVS bekas yang salah satu sisinya masih kosong. Mungkin ada yang berminat menirunya? ^_^ 

Hemat listrik bukan pelit 

Hemat listrik bukan berarti pelit lho. Okelah kita mampu membayar tagihan listrik semaunya. Masalahnya, pemakaian listrik yang jor-joran sama saja dengan pemborosan energi. Berarti makin banyak emisi CO2 dari pembangkit listrik yang bisa memicu perubahan iklim dan pemanasan global.    

Di Amerika, emisi CO2 yang dihasilkan dari bahan bakar pembangkit listrik menempati posisi tertinggi, yaitu 38%. Bahkan lebih besar daripada emisi CO2 dari transportasi dan industri [7]. Itu berarti pemakaian listrik sangat berpengaruh kepada kondisi lingkungan.

Pakai listrik seperlunya yuk. Matikan lampu jika tak perlu dan pilih lampu hemat energi. Pemilihan produk yang hemat energi tak hanya berlaku untuk lampu, tapi untuk semua peralatan listrik. Mungkin agak mahal di awal pembeliannya ya, tapi akan menghemat di kemudian hari, plus juga lebih ramah lingkungan.


Ayo, matikan yang tak perlu
sumber: buzzle.com
Untuk ibu-ibu (termasuk saya nih), menggunakan mesin cuci sesuai dengan kapasitasnya (tidak sedikit-sedikit pakai mesin cuci, atau malah overloaded), menyeterika sekalian banyak, bukan satu per satu juga lebih menghemat listrik.

Beberapa kebiasaan kecil juga berkorelasi dengan konsumsi listrik. Kadang memang tidak sadar melakukannya. Misalnya, bolak-balik membuka kulkas, dapat membuat pemakaian energi dan listrik semakin besar. Saat memasak, merencanakan apa saja yang akan diambil dari kulkas akan membantu kita untuk tidak berkali-kali buka-tutup kulkas. Kelihatan sepele, tapi berarti ^_^


Beberapa contoh di atas hanya sebagian kecil dari cara yang bisa kita lakukan untuk menerapkan gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Nah, agar masyarakat bisa semakin peduli lingkungan, kita butuh sosok pemimpin yang peduli lingkungan juga. Apalagi jelang Pemilu begini. Para caleg yang terhormat, jangan mau dong ah, poster dirinya dipasang dengan maku-maku pohon, misalnya. Kalau perlu, bahan untuk posternya dibuat dari kertas daur ulang :) 

Partai-partai, tak usahlah pawai kampanye dengan arak-arakan sepeda motor. Apalagi dengan suara knalpot yang sengaja dibuat berisik. Coba diganti dengan sepeda, atau jalan sehat. Lebih hemat energi, ramah lingkungan, minim polusi – termasuk polusi suara. Harapannya, jika kelak seorang caleg terpilih mewakili rakyat, yang bersangkutan bisa mencontohkan gaya hidup ramah lingkungan.

Yuk, yuk.. ramai-ramai kita peduli lingkungan untuk selamatkan bumi. Karena kita hanya punya satu bumi, tak ada yang lain lagi.


REFERENSI
  1. http://www.huffingtonpost.co.uk/2012/05/16/wwf-warns-that-we-will-need-two-earths-by-2030_n_1520449.html.WWF Living Planet Report Warns That By 2030 Two Earths Will Be Needed To Sustain Our Lifestyles

  2. http://news.bbc.co.uk/dna/place-lancashire/plain/A28808490. Plastic Bags and the Environment
  3. http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2014/01/140118_bisnis_sosial_greeneration.shtmlUpaya mengurangi jutaan kantong plastik
  4. http://ciptakarya.pu.go.id/v3/?act=vin&nid=101. Satu Orang Indonesia Konsumsi Air Rata-rata 144 Liter per Hari
  5. Litman, T. (2002). The costs of automobile dependency and the benefits of balanced transportation, Victoria, BC: Victoria Policy Transport Institute
  6. http://www.p-wec.org/en/go-green/saving-paper-is-saving-the-forests. Saving Paper is Saving the Forests
  7. http://www.epa.gov/climatechange/ghgemissions/gases/co2.html. Overview of Greenhouse Gases



Tuesday, March 18, 2014

[Resensi] Ketika Cinta Sejati Menemukan Jalannya




Judul buku      : Assalamualaikum, Beijing!
Penulis           : Asma Nadia
Penerbit         : Noura Books
Terbit            : Oktober 2013, Cetakan I (pertama)
Tebal buku      : 354 halaman
ISBN               : 978-602-1606-15-5

Dewa mencintai Ra, gadis mungil berpenampilan sporty yang menyenangkan. Mereka adalah teman satu SMA, dan melanjutkan kuliah di kampus yang sama. Awalnya Ra heran, kenapa dirinya begitu sering mendapati Dewa berada di sekitarnya. Keheranannya terjawab ketika akhirnya Dewa menyatakan cinta kepada Ra.

Setelah menjalin kasih selama kurang lebih empat tahun, Ra dan Dewa pun berencana menikah. Namun kemudian ada Anita, gadis tercantik di kantor Dewa yang terpikat oleh sosok Dewa yang jangkung, tampan, kharismatik, dan tak kuasa menolak permintaan tolong seorang wanita. Status Dewa yang telah memiliki kekasih, tak menjadikan Anita surut langkah untuk mendekati dan menaklukkan lelaki itu.

Sebuah pengakuan yang diungkapkan oleh Dewa (hal. 63) membuat Ra memutuskan untuk berubah sikap: menjauh dari diri dan kehidupan Dewa. Di waktu yang sama, Anita tak kenal lelah berusaha merebut perhatian dan cinta Dewa dari Ra.

Sementara itu, perjalanan Asma berkilo-kilo meter dari tanah air telah mempertemukannya dengan Zhongwen. Perkenalan Asma dengan Zhongwen bermula ketika mereka duduk bersisian dalam satu bus yang sama, di tengah perjalanan Asma menuju hostel tempatnya akan menginap selama di Beijing (hal. 12).

Sejak awal bertemu, Zhongwen sudah merasa tertarik pada Asma. Sayang, kartu nama yang diberikan Zhongwen kepada Asma tercecer begitu saja. Rasa penasaran Zhongwen yang tak kunjung mendapat kiriman SMS dari Asma, mendorong pemuda China itu untuk mencari jejak Asma di Beijing. Pencarian yang bukan hanya tentang cinta dan wanita, namun juga pencarian akan keberadaan Tuhan dan agama.

Ada daya tarik misterius yang dipancarkan Asma sejak pertama kali mereka bertemu, walaupun itu bukan kali pertama bagi Zhongwen bertemu dengan seorang gadis yang berkerudung di China. Saat hampir menyerah mencari, Zhongwen melihat Asma di balik jendela sebuah bus. Sayang, bus yang melaju semakin cepat membuat Zhongwen tak kuasa mengejar, membuatnya harus kembali kehilangan jejak Asma (hal. 70). Beruntung, hanya sehari sebelum Asma kembali ke tanah air, Zhongwen berhasil menemukan Asma di sebuah masjid tua yang menjadi salah satu tempat tujuan wisata di Beijing (hal. 95).

Ra dan Dewa. Asma dan Zhongwen. Juga ada Anita, sang orang ketiga. Novel ini menyajikan liku perjalanan cinta anak-anak manusia tersebut dengan apik. Dewa yang begitu mencintai Ra dan berusaha setia, namun sempat tergoda oleh Anita, akankah kembali kepada Ra? Lalu, bagaimana kelanjutan hubungan Asma dan Zhongwen, sekembalinya Asma ke tanah air? Apakah kedua kisah cinta tersebut saling berhubungan?

Menggunakan sudut pandang orang ketiga, bab demi bab dalam buku ini secara bergantian menceritakan kisah Ra-Dewa dan Asma-Zhongwen. Dua setting dan dua plot cerita dalam satu novel. Unik dan tidak membosankan. Konsekuensinya, pembaca harus jeli dalam mengingat masing-masing plot agar gambaran cerita menjadi utuh dan tidak terpotong.

Pengalaman Asma Nadia menjelajahi negeri China khususnya Beijing, membuat deskripsi tentang tempat-tempat di negeri dan kota tersebut menjadi nyata dan hidup. Di antaranya tentang masjid Raya Xi’an (hal. 41), the Great Wall (hal. 28-29 dan 55-58), Masjid Niujie (hal. 97-98) serta berbagai sudut kota Beijing ketika Zhongwen mencari Asma (hal. 71).

Gambaran suasana tempat-tempat tersebut yang dilengkapi dengan kisah sejarahnya membuat novel ini memiliki nilai lebih. Selipan bumbu tentang sebuah cerita rakyat China yang salah satu tokohnya (menurut Zhongwen) mewujud pada Asma, semakin memperkaya novel ini. Sebagai penulis, Asma Nadia cukup piawai mengemas romantisme kisah cinta berbalut sejarah dan legenda.

Dalam novel terbarunya ini, Asma Nadia juga menyelipkan dialog-dialog ringan antara Asma dan Zhongwen tentang ajaran Islam, tanpa membuat novel ini terasa ‘berat’. Seperti yang bisa dibaca di halaman 111 dan 112 ketika Asma menjelaskan tentang batasan pergaulan wanita dan pria dalam Islam. Kutipan-kutipan dialog dan kalimat berbahasa Mandarin – selain Inggris – juga menambah warna pada jalinan cerita.

Secara implisit, novel ini mengajarkan tentang kesetiaan dan pengorbanan. Lewat tokoh Ra, pembaca juga bisa belajar tentang ikhlas dan move-on. Dari airmata menuju sukacita, dari kenangan kepada kenyataan, dan dari kekecewaan dengan memaafkan (hal. 133).

“Assalamualaikum, Beijing!” adalah sebuah novel tentang cinta sejati yang menemukan jalannya. Bacaan yang tepat bagi orang yang mulai kehilangan kepercayaan akan cinta. []

 

Saturday, March 8, 2014

Gado-gado Femina: Demi 100 Euro



[Naskah Gado-gado kedua yang dimuat di Femina. Kali ini dimuat di edisi no. 09/XLII 1 - 7 Maret 2014. Berikut versi asli naskahnya sebelum diedit oleh editor Femina.]

Sunday, March 2, 2014

7 Bulanan di Pesawat




[posting tulisan yang pernah diikutkan di event #7BulananMama Nutrisi untuk Bangsa, tapi nggak menang :D]